Dari berlangganan Kompas akhirnya kami merambah ke tabloid BOLA. Tabloid ini mulai kami kenal sekitar tahun 2000 an.
Saat itu setiap sore anak-anak mengaji di masjid dan di dekat masjid ada sebuah kios koran. Bertiga anak-anak dan ayahnya sepulang mengaji selalu mampir di kios koran tersebut. Jika tabloid BOLA sudah terbit, pasti dibeli untuk dibaca di rumah.
Jadi jika sepulang mengaji semua langsung anteng bisa dipastikan ada tabloid BOLA baru. Yang menjadi favorit mereka saat itu adalah berita tentang Liga Italia Serie A. Meski saya tak begitu mengerti bola, tapi melihat foto-fotonya ikut senang, apalagi jika mendapat bonus poster.
Pengambilan foto-foto di BOLA selalu menarik. Aksi pemain sepak bola tampak begitu nyata. Karena itu tak heran jika anak-anak saya menjadi pecinta sepak bola seperti ayahnya.Â
Pemain yang sering dibicarakan saat itu adalah Alessandro del Piero, Zanetti, Vieri, Adriano, Zidane dan banyak lagi.
Jika di TV ada pertandingan sepak bola dipastikan mereka bertiga tidak akan absen. Apalagi jika acaranya adalah Liga Italia serie A yang disiarkan setiap Minggu malam sekitar pukul delapan.
Karena acara tersebut, tiap hari Minggu anak-anak biasanya sudah belajar sejak sore hari, agar saat Liga ditayangkan mereka bisa menonton tanpa diganggu tugas sekolah.
Saya paling-paling ikut menonton jika ada goal. "Berapa-berapa?" Tanya saya jika melihat mereka senang karena jagoannya menang.Â
Jika sudah mendapat jawaban, saya kembali sibuk mengerjakan pekerjaan yang lain.
Betapa cintanya anak-anak saya pada sepak bola bisa dilihat dari permainan mereka.
Sehari-hari sepulang sekolah mereka biasanya bermain dengan sepak bola paku. Permainan ini terbuat dari papan berbentuk lapangan sepak bola. Ada gawang, dan bagian tepi lapangan diberi karet gelang. Sementara di bagian tengah lapangan disebar paku-paku sebagai pemain bola.