Bisa dimaklumi kalau para pengrajin mogok. Kenaikan harga 3000/kg tentu mengakibatkan kenaikan biaya produksi yang tidak kecil.
Duh, mogoknya pas tanggal tua pula, pikir saya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut  beberapa hari ini saya sudah pasang strategi untuk menghadapi kekosongan pasokan tempe dan tahu. Strategi itu adalah:
Satu : Ganti menu.
Jika sebelumnya menu tempe tahu sekarang diganti ke menu lain, seperti membuat dadar jagung, atau perkedel.
Ayam dan telur bisa jadi alternatif menu karena harganya sudah mulai stabil. Ayam di kisaran Rp32.000/kg dan telur Rp18.000/kg. Tapi jangan keseringan, kurang bagus buat kantong. He.. He...
Dua : Membuat stock mendol. Â
Atas nasehat teman stock mendol sudah saya buat  sejak kemarin. Stock mendol sangat bermanfaat jika tiba-tiba kami kangen tempe sementara tempe mulai sulit dicari.  Sampai hari ini di kulkas masih ada beberapa mendol siap goreng.
Tiga : Memperbanyak makan sayuran hijau.Â
Sayuran yang kaya serat membuat perut awet kenyang sehingga tidak selalu ingin ngemil. Mengurangi ngemil juga berarti mengurangi gorengan karena anak-anak di rumah suka membuat tempe goreng tepung sendiri.
Strategi sudah dibuat, tapi masih ada satu hal yang membuat saya cemas. Apa itu? Jangan-jangan stock telur ada, mendol banyak, dadar jagung ada, eh... minyaknya tidak ada..
minyak goreng dan baru dapat sore hari. Kata tokonya, stock minyak beberapa hari kosong dan baru datang sore itu.
Seperti beberapa hari kemarin saya muter-muter cariDuh....