Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka, karena Pendidikan Seharusnya Memerdekakan

17 Februari 2022   12:43 Diperbarui: 18 Februari 2022   04:39 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tes diagnostik uraian | dokumentasi pribadi

Suatu saat  seorang petani mendapatkan tiga macam bibit tanaman, yaitu tanaman mangga, jeruk, dan apel. 

Dengan penuh kesungguhan petani itu menanam, merawat, dan memupuk ketiganya secara teratur.  Cara memberikan perawatan berbeda-beda. Tanaman mangga, jeruk dan apel mempunyai ciri khas sendiri-sendiri.

Petani tersebut begitu memahami ciri masing-masing tanaman. Dengan telaten, ia memperhatikan kebutuhan masing-masing tanaman. 

Akhirnya seiring berjalannya waktu diperoleh hasil yang diinginkan. Ketiga tanaman tumbuh subur dan bisa memberikan hasil seperti yang diinginkan. Tanaman mangga berbuah lebat, demikian pula jeruk dan apel.

Ilustrasi petani merawat tanamannya | Sumber gambar: Momentum Kota Batu
Ilustrasi petani merawat tanamannya | Sumber gambar: Momentum Kota Batu
Di atas adalah sedikit ilustrasi tentang seorang petani yang dengan kesungguhannya menanam, merawat tanamannya sehingga tanamannya bisa tumbuh subur dan menghasilkan buah sesuai yang diharapkan.

Jika kita analogikan dengan dunia pendidikan, petani di atas adalah guru dan berbagai macam bibit tanaman adalah siswa. Mengapa demikian? 

Setiap siswa mempunyai bawaan dan bakat yang berbeda-beda. Ya, setiap individu itu unik. Mereka mempunyai anugerah talenta dari Sang Pencipta. Tidak ada individu yang sama, bahkan saudara kembar sekalipun.

Demikian pula dalam satu kelas, ada siswa yang tergolong auditori, visual dan kinestetik. Ketiganya mempunyai gaya yang berbeda dalam memahami materi pelajaran.

Golongan auditori mempunyai keunggulan dalam mendengar, visual dalam memperhatikan dan mengamati, sedangkan kinestetik langsung praktik dalam memahami sesuatu.

Sebagai contoh, pada saat mempelajari materi volume bangun ruang sisi lengkung untuk golongan auditori dan visual, guru cukup menggunakan power point atau video dan siswa sudah bisa memahami bagaimana rumus untuk mencari volume tabung, kerucut, dan bola.

Bagaimana dengan siswa kinestetik? 

Mereka akan sulit memahami tanpa praktik langsung. Biasanya untuk siswa seperti ini diajak praktik menggunakan peraga yang sudah tersedia berupa tabung, kerucut dan belahan bola dengan ukuran tertentu, lalu dipraktikkan dengan menggunakan media beras atau air yang diciduk dan dipindahkan dari satu bangun ke bangun yang lain.

Peraga bangun ruang sisi lengkung | Sumber gambar: aflah peraga.com
Peraga bangun ruang sisi lengkung | Sumber gambar: aflah peraga.com
Dengan praktik tersebut akhirnya siswa bisa memperoleh kesimpulan bahwa volume tabung adalah tiga kali kerucut dengan jari-jari dan tinggi yang sama, serta volume bola adalah empat kali kerucut dengan jari-jari dan tinggi kerucut yang sama dengan jari-jarinya.

Dari uraian tersebut kiranya jelas bahwa siswa yang berbeda, memerlukan penanganan yang berbeda pula, karena yang mereka butuhkan juga berbeda, dan tugas guru adalah memberikan perlakuan sesuai kebutuhannya.

Untuk hal tersebut kurikulum merdeka mewadahinya secara luas. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal pada siswa yang beragam, ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru:

Pertama, mengenal siswa, baik kelebihan, kekurangan, gaya belajar dan juga jika ada kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Bagaimana cara mengenal siswa? Dengan tes diagnostik akademik maupun non akademik.

Melalui tes ini kita tahu apa yang dibutuhkan siswa, siap atau tidak siswa masuk materi yang sudah disiapkan. Bentuk tes diagnostik adalah bebas sesuai kreasi guru.

Ada yang menggunakan isian google form ataupun uraian singkat tentang diri sendiri. Bentuk kedua lebih menarik karena siswa bisa mengemukakan segala sesuatu tentang dirinya sendiri, bahkan memberikan kesan pada mata pelajaran matematika yang selama ini dipelajari secara bebas.

Tes diagnostik uraian | dokumentasi pribadi
Tes diagnostik uraian | dokumentasi pribadi

Kedua, mencari manfaat apa yang perlu diambil dari siswa dari belajar suatu materi dan menghubungkannya dengan kehidupan. 

Contoh, dari belajar materi himpunan siswa akan memahami dan menghargai perbedaan, dari belajar urutan bilangan siswa bisa memahami tentang adanya aturan-aturan yang tidak bisa dilanggar dalam masyarakat.

Jika guru bisa mencari hakikat pelajaran hidup apa yang bisa diambil dari tiap materi, maka di dalam penyampaian materi langsung bisa dilakukan penanaman karakter. Siswa juga belajar dengan gembira, karena tahu betul manfaat apa yang bisa diambil dari belajar sebuah materi.

Ketiga, menciptakan suasana belajar seperti yang kondusif. Kelas adalah miniatur masyarakat yang kelak akan dihadapi siswa. 

Dalam kelas, guru bisa mengatur suasana pembelajaran yang kolaboratif dan dinamis. Pembelajaran yang bisa saling mengisi dan tiap anak bisa mengeksplor kelebihan masing-masing.

Hal ini tampak saat siswa bekerja dalam kelompok. Ada siswa yang banyak mendengar, bicara, atau praktik. Mereka saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dari guru dan pada akhirnya mempertanggungjawabkan bersama.

Bekerja dalam kelompok | Sumber gambar: Aina Mulyana
Bekerja dalam kelompok | Sumber gambar: Aina Mulyana
Untuk berlatih hidup dalam masyarakat inilah, maka dalam kurikulum merdeka belajar ada target bagi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas proyek dari tiap mapel.

Kurikulum merdeka memberikan kebebasan ruang dan waktu pada guru untuk berkreasi dalam mendidik siswa. Karena guru adalah ibarat petani dan siswa adalah bibit yang sudah dibekali dengan kelebihan dan potensi oleh Tuhan Yang Maha Esa. 

Tugas guru adalah mengembangkan potensi itu secara maksimal, bukan menyeragamkannya, karena pendidikan adalah memerdekakan. 

Sesuai konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, tujuan dari pendidikan adalah kemerdekaan. 

Merdeka berarti setiap orang bisa memilih menjadi apa saja, dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki orang lain.

Biarlah benih mangga akan tumbuh menjadi mangga, benih apel menjadi apel dan benih jeruk menjadi jeruk. Biarlah mereka berkembang baik sesuai dengan fitrah masing-masing.

Semoga bermanfaat, dan majulah pendidikan Indonesia.

Salam edukasi :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun