Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Memberikan Pemahaman (Kembali) pada Siswa tentang Etika Berinternet

12 Desember 2021   08:08 Diperbarui: 12 Desember 2021   11:15 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar daring | Sumber: shutterstock via lifestyle.kompas.com

Adrian menunduk dalam di depan pak guru, wajahnya begitu kusut. Saat pelaksanaan Penilaian Akhir Semester (PAS) seperti ini, seharusnya ia duduk di ruangan bersama teman-temannya untuk mengerjakan soal. 

Namun hari ini tidak. Pak Mahmud operator memanggil dan mengajak Adrian menuju ruang panitia untuk memberikan keterangan berkaitan dengan masalah yang terjadi dalam dua hari pertama pelaksanaan PAS di sekolah.

Sudah sejak lama sekolahnya menggunakan aplikasi tertentu untuk ulangan harian maupun ujian. Aplikasi yang demikian mudah dan bisa diakses dengan menggunakan laptop maupun handphone siswa.

Adrian sudah paham betul bagaimana menggunakan aplikasi itu meskipun ia baru duduk di kelas 7. Demikian juga teman-temannya. 

Tidak heran, karena generasi sekarang jauh lebih cepat belajar IT daripada generasi sebelumnya.

Namun perkembangan yang kurang baik pun muncul. Dengan alasan iseng ataupun mengintip soal, siswa mulai berani masuk aplikasi dengan menggunakan password teman yang mana dengan diam-diam mereka ambil saat main game bersama.

Dengan menggunakan password teman, siswa masuk aplikasi, membaca soal sekilas lalu menyelesaikannya. Meski berakibat nilai temannya hancur dan tidak bisa mengerjakan ulang, pelaku tenang-tenang saja. Mengapa tidak? Yang penting nilainya bagus.

Celakanya Adrian sering menjadi korban perbuatan semacam itu, nilai ulangannya hancur. Sekalipun Adrian geram, ia tak bisa berbuat apa-apa. Meski ia bisa menebak pelakunya, tapi Adrian tidak punya buktinya. Lapor guru? Ah, pasti tidak dipercaya, pikirnya.

Berbekal sakit hati karena sering mengalami hal tersebut, Adrian pun berencana melakukan pembalasan di saat yang sangat tepat yaitu saat PAS.

Di hari pertama PAS, tidak tanggung-tanggung, ada empat ulangan teman yang dimasuki Adrian. Dengan menggunakan password teman, ia membaca dan mengerjakan beberapa soal lalu menyelesaikannya

Apa akibatnya? Begitu selesai, nilai masuk ke operator. Operator yang juga bapak/ibu guru begitu gemas karena ada empat anak selesai mengerjakan ulangan di kisaran menit ke 10-15 dengan nilai di bawah 30.

Empat anak ini langsung dipanggil ke ruang guru. Dengan wajah bingung mereka menjelaskan bahwa mereka belum selesai, tapi tiba-tiba soal sudah tidak bisa dikerjakan.

Operator merasa ada kejanggalan, dan sebagai solusi cepat hari itu keempatnya diminta mengerjakan PAS ulang di labkom.

Bagaimana Adrian? Dengan senyum tertahan ia melihat teman-temannya keluar dari ruangan dan ia terus mengerjakan PAS atas namanya sendiri. Merasa aman, aksi tersebut dilanjutkan pada hari kedua dan ketiga.

Namun sepandai- pandai tupai melompat suatu saat akan jatuh juga. Di hari ke tiga, aksi Adrian langsung diketahui operator yang hari itu merangkap sebagai pengawas.

Rupanya tanpa sepengetahuan Adrian, operator memberikan password baru pada empat anak yang sering 'dijahili' Adrian.

Ketika mengerjakan ujian, Adrian membuka 5 tab aplikasi ujian. Empat milik teman-temannya, satu miliknya sendiri. Padahal dalam aturan ujian disebutkan bahwa tiap anak hanya boleh membuka satu tab.

Adrian begitu penasaran karena tidak bisa masuk aplikasi ujian teman-teman seperti biasanya. Ia terus mencoba dan mencoba, akibatnya dalam batas waktu tertentu Adrian sendiri yang belum login sementara siswa yang lain sudah. Adrian langsung didatangi operator untuk mengecek barangkali ada masalah dengan perangkatnya.

Saat itulah terbuka apa yang dilakukan Adrian selama ini. Ketika diperiksa, pada handphonenya ada lima tab yang dibuka dan semuanya adalah aplikasi ujian.

Di atas adalah sebuah ilustrasi masalah yang muncul di sekolah yang berkaitan dengan internet. Masalah lain yang juga sering muncul adalah copy paste, membuka aplikasi yang tidak sesuai usia, dan juga komunikasi yang kurang sopan.

Tidak bisa dipungkiri internet kini memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Contoh yang paling mudah adalah memesan makanan, memesan ojek online, tiket hotel atau tiket perjalanan yang dapat dilakukan lewat aplikasi dan jelas semua melibatkan internet.

Dalam dunia pendidikan pun internet memegang peranan yang sangat penting, lebih-lebih di era pandemi. 

Di samping bisa dimanfaatkan sebagai sumber ilmu, untuk pembelajaran jarak jauh guru banyak menggunakan zoom meeting, google classroom, google meet atau aplikasi yang lain. Penggunaan internet yang demikian meluas membuat arus informasi begitu deras. 

Dampak positifnya dalam waktu cepat kita bisa mendapatkan info atau data yang diinginkan, atau saling bertukar data. Betapa dunia terasa begitu sempit dan khazanah ilmu demikian jelas tersedia di depan mata.

Di sisi lain internet juga bisa memberikan dampak buruk, seperti mudahnya mengakses situs-situs porno, berita hoaks yang bebas beredar, juga begitu mudahnya mengunduh sehingga melakukan pembajakan seperti merupakan hal yang biasa.


Internet dalam dunia pendidikan | Sumber gambar: quizizz.com
Internet dalam dunia pendidikan | Sumber gambar: quizizz.com
Internet bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi ia bisa begitu bermanfaat, namun bisa juga menciptakan mudharat. 

Untuk meminimalisir dampak negatif dari internet terutama pada siswa diperlukan pemahaman tentang etika dalam penggunaannya. Beberapa etika yang harus diperhatikan dalam penggunaan internet adalah:

  1. Menggunakan fasilitas teknologi informasi untuk melakukan hal yang bermanfaat.
  2. Tidak memasuki sistem informasi orang lain secara illegal.
  3. Tidak memberikan user ID dan password kepada orang lain untuk masuk ke dalam sebuah sistem. Tidak diperkenankan pula untuk menggunakan user ID orang lain untuk masuk ke sebuah sistem.
  4. Tidak mengganggu dan atau merusak sistem informasi orang lain dengan cara apapun.
  5. Tidak menggunakan teknologi informasi dalam melakukan perbuatan yang melanggar hukum dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
  6. Menjunjung tinggi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Misalnya, pencantuman url website yang menjadi referensi tulisan kita baik di berbagai media.
  7. Tetap berkomunikasi dengan santun walaupun tidak bertemu langsung.

Kembali pada masalah Adrian, hal tersebut tidak akan terjadi seandainya siswa paham terhadap etika berinternet.   

Meskipun Adrian adalah korban, tindakannya membalas keusilan teman-temannya dengan caranya sendiri tidak bisa dibenarkan. Seharusnya ia melapor ke guru untuk segera ditindaklanjuti.

Laporan siswa bisa digunakan sebagai bahan bagi sekolah untuk memberikan pengarahan agar siswa yang lain tidak melakukan perbuatan yang serupa, juga untuk memperbaiki kelemahan sistem yang ada.

Harapan untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter | Sumber gambar: Banjarmasin Post
Harapan untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter | Sumber gambar: Banjarmasin Post
Meskipun bukan sesuatu yang baru, adalah hal yang sangat penting untuk memberikan pemahaman kembali pada siswa tentang etika menggunakan internet. Ya, pembelajaran daring yang berlangsung satu setengah tahun membuat siswa kian mesra dengan gawai mereka.

Pemahaman siswa akan etika berinternet, membuat siswa lebih bijak dan santun dalam penggunaannya. 

Harapannya, ke depan akan tercipta generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas, namun juga mempunyai karakter yang bisa dibanggakan.

Semoga bermanfaat, dan salam edukasi:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun