Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Kebaikan Akan Menginspirasi Kebaikan yang Lain

31 Juli 2021   21:38 Diperbarui: 1 Agustus 2021   05:48 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak RT menawarkan sayuran segar, Sumber: tangkapan layar pribadi

  Bapak,  Ibu,mari tetap jaga kesehatan,  pakai masker,  jangan keluar kalau tidak perlu. 

Bapak,Ibu , tetap taati prokes,  mari pertahankan RT kita supaya tetap berbendera hijau. 

Itulah contoh whatsapp yang dikirimkan Pak RT lewat grup kampung kami. Di masa pandemi ini tiap hari tak henti hentinya Pak RT menyapa warga. Lebih lebih saat PPKM seperti ini.  Intinya kami diingatkan agar selalu waspada,  tapi tidak boleh terlalu takut. 

PPKM yang diberlakukan sejak awal Juli ini membuat kampung terasa demikian berbeda.  Kampung jauh lebih sepi.  Jalan di depan gang yang biasanya dilalui kendaraan lalu lalang kini hanya dilewati beberapa sepeda atau becak.  Tidak ada anak-anak kecil berkeliaran.  Semua bermain di rumah masing-masing. 

Beberapa hari sebelum PPKM anak-anak kecil mulai berani bermain sepak bola di jalan. Tapi sejak bendera-bendera kecil PPKM banyak yang berubah kuning,  kami sebagai warga semakin anteng di rumah.  Komunikasi lewat whatsapp lebih diintensifkan.  Segala keperluan misal tentang PKK, Dasawisma,  jaga malam juga dibicarakan lewat grup whatsapp.

Di bulan 'besar' ini juga ada beberapa tetangga yang mantu.  Bagaimana caranya? Setelah mengadakan akad atau pemberkatan di gereja dengan keluarga,  nasi kotak langsung di antar ke rumah-rumah. Ada tetangga yang berkenan 'buwuh'  ada pula yang tidak.  Zaman sedang sulit.  Semua saling memahami.

Semua mengalir begitu saja.  Tak terasa kami warga kampung sudah mulai biasa hidup berdampingan dengan corona, meski varian baru ini sungguh membuat kami harus ekstra waspada.

Tidak hanya orang dewasa,  anak-anak kecil juga menyesuaikan diri.  Namanya anak kecil, kadang ingin bermain dengan sesamanya di luar.  Oke,  boleh keluar untuk melihat kolam ikan tetangga atau burung- burung yang sedang dijemur oleh pemiliknya. Tapi tetap wajib bermasker. Sepuluh atau lima belas menit melihat,  mereka langsung pulang sendiri.  

Yang selalu saya amati di era pandemi terutama saat PPKM adalah kiprah Pak RT. Di samping rajin woro-woro di grup, Pak RT tak segan-segan langsung ikut terlibat dalam penyemprotan kampung, bahkan mengingatkan warga dari rumah ke rumah saat besok ada giliran vaksin. 

"Jangan lupa besok vaksin.., " kata Pak RT malam itu setelah mengetuk pintu rumah saya.  Ya,  besok adalah giliran anak-anak saya vaksin.

"Inggih Pak, " jawab saya sambil membukakan pintu.  Tanpa masuk rumah Pak RT segera meneruskan perjalanan untuk mengetuk pintu-pintu rumah yang lain. 

Di masa pelaksanaan PPKM ini, di atas jam 20.00 jalan ke kampung kami di portal.  Saat itu Pak RT selalu stand by di depan gawainya barangkali sewaktu-waktu ada warga yang perlu lewat sehingga portal harus dibuka. 

Pernah kejadian saat  malam hari salah satu warga harus dibawa ke RS karena mau melahirkan. Setelah melapor ke RT,  portal dibuka dan ibu yang mau melahirkan segera dibawa ke rumah sakit. Alhamdulillah ibu dan bayi sehat dan selamat.  Untung Pak RT sigap melayani setiap pengaduan warganya.

Ada kejutan lain di dua minggu terakhir ini.  Tiap akhir minggu kami mendapat kiriman sayur-mayur.

Pak RT menawarkan sayuran segar, Sumber: tangkapan layar pribadi
Pak RT menawarkan sayuran segar, Sumber: tangkapan layar pribadi
  

"Ibu-ibu,  di rumah ada sayuran segar,  bisa diambil, " kata Pak RT di grup whatsapp pagi itu.

Lho,  Pak RT panen di mana?  pikir kami.

Karena banyak warga yang sungkan untuk mengambil (termasuk saya), akhirnya  kami tidak mengambil.  Apa jadinya?  Sore harinya sayuran diantar ke rumah-rumah.  Wah,  tambah malu rasanya.

"Untuk menambah imun.., " kata beliau.

Kami merasa tidak enak juga.  Dananya dari mana untuk membeli sayur sebanyak itu?  Dalam keseharian Pak RT saya orang yang biasa-biasa saja. 

Melihat kepedulian pak RT pada warga, membuat kami merasa malu jika tidak peduli pada tetangga sendiri.

Sedikit banyak kami yang mulanya acuh tak acuh pada tetangga karena sibuk sendiri-sendiri akhirnya mulai menengok ke tetangga kanan kiri barangkali ada yang memerlukan bantuan. 

Jika ada tetangga isoman kami bergantian mengirimkan bahan makanan dengan cara digantungkan di pagar. Saling mengingatkan dan memposting hal-hal yang bermanfaat lewat whatsapp juga makin sering kami lakukan.

Ya,  kebaikan selalu menginspirasi orang sekitar untuk melakukan kebaikan yang lain.  Semoga sejuta kebaikan yang kita lakukan bersama-sama bisa mengatasi masalah yang kita hadapi terutama di era pandemi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun