Â
Bapak, Â Ibu,mari tetap jaga kesehatan, Â pakai masker, Â jangan keluar kalau tidak perlu.ÂBapak,Ibu , tetap taati prokes, Â mari pertahankan RT kita supaya tetap berbendera hijau.Â
Itulah contoh whatsapp yang dikirimkan Pak RT lewat grup kampung kami. Di masa pandemi ini tiap hari tak henti hentinya Pak RT menyapa warga. Lebih lebih saat PPKM seperti ini. Â Intinya kami diingatkan agar selalu waspada, Â tapi tidak boleh terlalu takut.Â
PPKM yang diberlakukan sejak awal Juli ini membuat kampung terasa demikian berbeda. Â Kampung jauh lebih sepi. Â Jalan di depan gang yang biasanya dilalui kendaraan lalu lalang kini hanya dilewati beberapa sepeda atau becak. Â Tidak ada anak-anak kecil berkeliaran. Â Semua bermain di rumah masing-masing.Â
Beberapa hari sebelum PPKM anak-anak kecil mulai berani bermain sepak bola di jalan. Tapi sejak bendera-bendera kecil PPKM banyak yang berubah kuning, Â kami sebagai warga semakin anteng di rumah. Â Komunikasi lewat whatsapp lebih diintensifkan. Â Segala keperluan misal tentang PKK, Dasawisma, Â jaga malam juga dibicarakan lewat grup whatsapp.
Di bulan 'besar' ini juga ada beberapa tetangga yang mantu. Â Bagaimana caranya? Setelah mengadakan akad atau pemberkatan di gereja dengan keluarga, Â nasi kotak langsung di antar ke rumah-rumah. Ada tetangga yang berkenan 'buwuh' Â ada pula yang tidak. Â Zaman sedang sulit. Â Semua saling memahami.
Semua mengalir begitu saja. Â Tak terasa kami warga kampung sudah mulai biasa hidup berdampingan dengan corona, meski varian baru ini sungguh membuat kami harus ekstra waspada.
Tidak hanya orang dewasa, Â anak-anak kecil juga menyesuaikan diri. Â Namanya anak kecil, kadang ingin bermain dengan sesamanya di luar. Â Oke, Â boleh keluar untuk melihat kolam ikan tetangga atau burung- burung yang sedang dijemur oleh pemiliknya. Tapi tetap wajib bermasker. Sepuluh atau lima belas menit melihat, Â mereka langsung pulang sendiri. Â
Yang selalu saya amati di era pandemi terutama saat PPKM adalah kiprah Pak RT. Di samping rajin woro-woro di grup, Pak RT tak segan-segan langsung ikut terlibat dalam penyemprotan kampung, bahkan mengingatkan warga dari rumah ke rumah saat besok ada giliran vaksin.Â
"Jangan lupa besok vaksin.., " kata Pak RT malam itu setelah mengetuk pintu rumah saya. Â Ya, Â besok adalah giliran anak-anak saya vaksin.
"Inggih Pak, " jawab saya sambil membukakan pintu. Â Tanpa masuk rumah Pak RT segera meneruskan perjalanan untuk mengetuk pintu-pintu rumah yang lain.Â