Perkawinan antara Minke dan Annelies tidak dianggap sah oleh hukum kolonial, dan mereka akhirnya harus berpisah.
2. Anak Semua Bangsa
Dalam buku kedua ini dikisahkan kesadaran nasionalisme Minke yang semakin meningkat karena bertemu dengan banyak tokoh. Minke bertemu dengan Trunodongso petani yang menolak menjual tanahnya pada pabrik gula. Khouw Ah Soe tokoh pergerakan dari Cina. Juga Kommer dan Jean Marais yang selalu mendorongnya agar menulis dalam bahasa ibunya.
Dalam buku kedua ini juga dikisahkan Annelies meninggal dalam pengasingan, dan hal itu sangat membuat Minke bersedih.
Bertemu dengan banyak orang membuat karakter tulisan Minke yang antikolonial semakin terbentuk. Akhirnya Minke keluar dari Wonokromo dan melanjutkan pendidikannya di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) untuk menjadi dokter.
3. Jejak Langkah
Di buku ketiga ini dikisahkan Minke menjadi mahasiswa STOVIA dan masih aktif menulis. Tulisannya mengilhami lahirnya berbagai organisasi. Saat itu banyak muncul organisasi kerakyatan di antaranya Boedi Oetomo, Petani Samin dan Serikat Dagang Islam.
Tokoh-tokoh revolusioner juga kerap hadir dan bermunculan. Sadikoen, Tjipto, Haji Misbach, Marco, Sandiman, Haji Moeloek, Haji Samadi, Princess van Kasiruta (istri ketiga Minke), Siti Soendari, dan beberapa tokoh lain.
 Karena sepak terjangnya yang semakin mengkhawatirkan Minke ditangkap dan diasingkan oleh gubermen. Penangkapan ini sudah diantisipasi sebelumnya sehingga selama Minke dalam pengasingan koran Medan Prijaji yang dipimpinnya tetap beroperasi.
4. Rumah Kaca
Berbeda dari tiga buku pertama yang menampilkan Minke sebagai tokoh utama, buku keempat ini menampilkan tokoh utama Pangemanann.