Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketika Tiba-tiba Anak Saya Dirujuk ke Poli Jantung

29 Juni 2021   11:36 Diperbarui: 30 Juni 2021   08:36 5734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tensi darah | Sumber: Envato Elements


Dalam kondisi apapun gaya hidup sehat harus tetap dilakukan. Gaya hidup sehat membuat hidup kita lebih berkualitas dan mengurangi resiko terjangkitnya bermacam-macam penyakit. Beberapa hal yang termasuk dalam pelaksanaan gaya hidup sehat di antaranya adalah makan makanan yang bergizi ,tidak tidur terlalu malam dan berolah raga secara teratur.

Jangan menunda-nunda untuk melakukan gaya hidup sehat karena jika kita hidup sehat maka tidak hanya memberi pengaruh positif pada diri kita sendiri tapi juga pada orang-orang di sekitar kita. 

Dalam tulisan saya kali ini saya akan menceritakan pengalaman anak saya betapa kebiasaan hidup yang tidak sehat pada akhirnya bisa berujung pada sakit dan membuat panik orang sekitarnya.

Sejak kegiatan pembelajaran dilakukan daring jadwal sehari-hari anak saya langsung berubah total. Jika tiap hari biasanya ia harus bangun pagi, sholat subuh lalu bersiap-siap ke sekolah, sejak pandemi ini sesudah sholat subuh acara tidur dilanjutkan. Sekitar pukul tujuh ia baru bangun dan langsung menyiapkan HP atau laptop untuk kegiatan pembelajaran yang dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 13.00.

Kegiatan pembelajaran semua dilakukan sambil duduk plus ngemil . Dan enaknya jika tidak ada camilan, ia sesekali ke dapur untuk mengambil makanan.

Lepas Dhuhur, kegiatan sekolah usai , dan belajar dilanjutkan nanti habis maghrib untuk mengerjakan tugas-tugas yang masih belum selesai.

Nah, dari Dhuhur ke Maghrib kegiatannya apa? Bisa main game, nonton film, bersosmed. Yang jelas semua kegiatan berfokus pada hp. Dengan hp ia belajar, dengan hp pula ia mencari hiburan. Olah raga? Hanya kadang-kadang saja. Itupun harus diingatkan. 

Malam hari sesudah mengerjakan tugas, game dilanjutkan lagi kadang sampai larut. Berkali-kali sudah saya ingatkan untuk tidak tidur terlalu malam, tapi itulah, pesona game dan film terlalu kuat pada anak seusia SMA. Secara sembunyi-sembunyi ia masih tetap melakukan kegiatan tersebut, begadang sampai malam.

Hal tersebut ditambah lagi dengan kebiasaan buruk, yaitu makan menjelang jam tidur. Malam selalu 'umek' sendiri di dapur membuat makanan. Kadang go food, yang pedas-pedas pula. Pikir saya saat itu biarlah, daripada anak saya main keluar.

Kebiasaan tersebut berlangsung berbulan-bulan. Dan memang si bungsu ini agak suka mager. Sulit diajak berolah raga. Meski rajin kalau saya suruh ke pasar, tapi pergi ke pasar pun harus bersepeda motor. 

Siapa menabur akan menuai. Begitulah, akhirnya semua kebiasaan itu membuatnya sakit.

Malam itu sekitar pukul setengah dua belas tiba-tiba pintu kamar saya diketuk.

 "Ada apa Le? " tanya saya heran.

 "Dadaku sakit, Buk.., " katanya dengan wajah pucat.

 Astaghfirullah. Langsung saya pegang tangannya. Dingin. Kening dan badannya hangat. Berbagai pikiran buruk langsung berkecamuk dalam benak saya.

 "Mulai kapan ini? " tanya saya lagi.

 "Setengah jam yang lalu, " jawabnya.

 Waduh.. 

Tidak ada sesak atau sakit yang menjalar ke lengan. Barangkali masuk angin, pikir saya. Saya gosok-gosok dada dan punggungnya dengan balsem. 

Beberapa menit kemudian sakit mulai reda. Malam itu karena takut dan gelisah kalau-kalau sakit itu datang lagi membuat kami tak bisa tidur. Menunggu datangnya pagi terasa begitu lama. Rencananya besok pagi saya harus membawanya ke Puskesmas.

Esok harinya kami langsung menuju Puskesmas Bareng karena faskes satu saya di sana. Setelah diperiksa, anak saya diukur tensinya. Ya Allah, tensinya kok tinggi? 150/100. Oleh dokter kami langsung diberi rujukan. 

"Ibu bawa ke RS saja ya, biar pemeriksaan lebih teliti, " kata dokter.

Saya manut saja dan langsung memilih RS Hermina sebagai tujuan periksa. Surat rujukan saya terima dan poli yang dituju adalah poli jantung. Duh, lemes rasanya.

Di RS Hermina kami segera mengambil nomor antrean. Satpam meminta kami fotocopy BPJS dan surat rujukan dulu karena di dalam pasti diminta.

Saat itu antrian begitu banyak. Jam menunjukkan pukul sepuluh lebih sedikit. Ah, saya pasti dapat dokter sore, pikir saya.

Tiba saat giliran kami , ternyata menurut informasi petugas, dokter jantung sudah penuh pasiennya. Dan giliran untuk anak saya adalah seminggu lagi. Wah, lama sekali... Segera saya batalkan jadwal periksa, dan kembali ke Puskesmas untuk ganti RS.

Oleh petugas Puskesmas tujuan RS dipindah ke RS Universitas Brawijaya. Agak jauh dari rumah memang, tapi mudah-mudahan masih ada kesempatan untuk periksa. 

Bergegas kami berangkat ke RS Universitas Brawijaya. Oleh satpam diberitahu bahwa dokter jantung ada, tapi besok, dan kami harus datang lebih pagi. Dengan hati kecewa kami pun pulang. Ya, memang terlalu siang juga sih. Kami datang pas azan Dhuhur saat itu.

Esok harinya kami tiba di RS pukul 07.00. Sepagi itu pengunjung sudah demikian banyak, tapi prokes dan jaga jarak tetap dilakukan dengan tertib. 

Ilustrasi antre di RS di masa pandemi, Sumber gambar: SINDOnews
Ilustrasi antre di RS di masa pandemi, Sumber gambar: SINDOnews

Kami mengambil nomor antrean untuk BPJS, lalu menunggu dipanggil. Tak berapa lama setelah dipanggil dan pemeriksaan berkas, anak saya segera ditensi. Hasilnya 130/80. Lebih bagus daripada kemarin .Mungkin karena malamnya ia bisa tidur daripada sehari sebelumnya.

Tak berapa lama anak saya dipanggil lagi untuk rekam jantung. Terakhir tinggal menunggu dokter.

Jam masih menunjukkan pukul 08.30, dan menurut informasi dokter datang sekitar setengah sepuluh. 

Sekitar pukul 11.00 anak saya masuk ruang periksa. Alhamdulillah jantungnya tak ada masalah. Penyakitnya lebih mengarah ke lambung karena kebiasaan-kebiasaan buruknya. Makan-makanan pedas, ngopi, tidur larut malam kurang olah raga. 

Sesudah pemeriksaan pertama dan pemberian obat kami masih perlu datang untuk control kedua yaitu seminggu berikutnya dan yang ketiga sebulan berikutnya.

Alhamdulillah sesudah dua kali kontrol kondisinya semakin baik. Bersyukur kami punya BPJS sehingga mulai periksa, tindakan, kontrol dan obat-obatan tidak ada biaya sama sekali. Pelayanan juga bagus, sama dengan yang tidak menggunakan BPJS.

Ada beberapa tips penting dalam memanfaatkan layanan kesehatan dengan menggunakan BPJS:

1. Pilihlah faskes 1 dengan cermat. Faskes 1 kita pilih sesuai jadwal kegiatan kita. Di tempat saya ada faskes 1 seperti Puskesmas hanya buka pagi, tapi ada juga klinik lain yang buka sampai sore hari. 

2. Jika di rujuk ke poli Rumah Sakit dan ternyata sudah penuh, jangan segan kembali ke faskes 1 saat itu juga untuk pindah Rumah Sakit rujukan.

3. Selalu datang lebih pagi untuk mendapat nomor antrean awal. Di masa pandemi ini beberapa faskes melakukan pembatasan kuota. Sehingga kalau kita datang agak siang bisa dipastikan kehabisan kuota, alias harus datang keesokan harinya.

4. Sabar. Satu kata yang klise tetapi harus selalu kita pegang. Karena yang membutuhkan pelayanan kesehatan begitu banyak. Siap antre dan menunggu dalam waktu yang agak lama baik dalam periksa maupun mengambil obat.

Olah raga sebagai salah satu penerapan gaya hidup sehat, Sumber gambar: detik.com
Olah raga sebagai salah satu penerapan gaya hidup sehat, Sumber gambar: detik.com
Demikian sedikit tulisan saya tentang pentingnya menerapkan gaya hidup sehat demi menjaga kondisi tubuh agar tetap fit, dan penggunaan BPJS dalam mendapatkan layanan kesehatan. 

Dari pengalaman ini saya, terutama anak saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga bahwa kesehatan adalah harta yang sungguh tak ternilai harganya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun