Malam itu sekitar pukul setengah dua belas tiba-tiba pintu kamar saya diketuk.
 "Ada apa Le? " tanya saya heran.
 "Dadaku sakit, Buk.., " katanya dengan wajah pucat.
 Astaghfirullah. Langsung saya pegang tangannya. Dingin. Kening dan badannya hangat. Berbagai pikiran buruk langsung berkecamuk dalam benak saya.
 "Mulai kapan ini? " tanya saya lagi.
 "Setengah jam yang lalu, " jawabnya.
 Waduh..Â
Tidak ada sesak atau sakit yang menjalar ke lengan. Barangkali masuk angin, pikir saya. Saya gosok-gosok dada dan punggungnya dengan balsem.Â
Beberapa menit kemudian sakit mulai reda. Malam itu karena takut dan gelisah kalau-kalau sakit itu datang lagi membuat kami tak bisa tidur. Menunggu datangnya pagi terasa begitu lama. Rencananya besok pagi saya harus membawanya ke Puskesmas.
Esok harinya kami langsung menuju Puskesmas Bareng karena faskes satu saya di sana. Setelah diperiksa, anak saya diukur tensinya. Ya Allah, tensinya kok tinggi? 150/100. Oleh dokter kami langsung diberi rujukan.Â
"Ibu bawa ke RS saja ya, biar pemeriksaan lebih teliti, " kata dokter.