Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Benarkah Matematika Mengajarkan: Jika Bisa Dipersulit Mengapa Harus Dipermudah?

9 Juni 2021   14:55 Diperbarui: 9 Juni 2021   20:07 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar matematika. Sumber: Freepik via Kompas.com

Beberapa hari yang lalu anak saya menunjukkan tiktok dari Jerome Polin. Jerome Polin, adalah seorang youtuber dan selebriti internet yang banyak dikenal setelah memulai kanal you tube bernama Nihongo Mantappu yang membagikan kehidupan pribadinya di Jepang. Ia sering membuat vlog cara belajar bahasa Jepang, matematika, dan kesehariannya di Jepang

Tiktok berkonten matematika ini sangat menarik. Intinya cara mencari hasil dari 16-9. Jika kita biasa memakai pengurangan biasa yaitu 16-9=7, Jerome tidak. Ia mengubah 16-9 menjadi 4^2-3^2, lalu difaktorkan menjadi (4+3)(4-3) = 7.1 = 7.

Aha, hasil sama, tapi dengan cara yang berbeda. Betapa matematika mengajarkan pada kita bahwa masalah bisa diselesaikan dengan cara yang berbeda. Secara tidak langsung matematika juga mengajarkan toleransi. Hargai perbedaan, karena berbeda dengan kita tidak berarti salah.

Apa reaksi anak-anak saya melihat tiktok tersebut? Jelas mereka tertawa. Soal yang demikian simpel kok jadi begitu kompleks penyelesaiannya.

"Matematika mengajarkan, jika sesuatu bisa dibuat sulit kenapa harus dibuat mudah?" komentar anak saya. Saya juga tertawa. Lucu juga sih. Tapi ya apa memang matematika mengajarkan begitu?

Sumber gambar: Tirto.id
Sumber gambar: Tirto.id

Sebagai penggemar dan pengajar matematika jelas saya tidak setuju dengan pendapat itu.

Saya pernah ditanya oleh siswa, "Bu, apa guna belajar aljabar? "

"Oh, itu untuk menyelesaikan masalah yang sulit supaya jadi lebih mudah," jawab saya.

"Menurut saya kok tambah ruwet ya? "jawab siswa lagi.

Saya tertawa. Ya, aljabar berguna untuk memudahkan masalah yang sulit. Tentu saja kalau bisa menggunakannya. Kalau tidak? Jadi tidak karuan.

Aljabar kalau boleh saya misalkan adalah semacam alat untuk memudahkan pekerjaan. Semisal pisau. Pisau bisa memudahkan pekerjaan kita untuk memotong sesuatu kalau kita bisa menggunakannya, kalau tidak? Ya tentu seperti tidak ada manfaatnya. Bisa jadi benda yang akan kita potong jadi rusak tak berbentuk karena kita tidak bisa menggunakan pisau dengan benar.

Kembali pada masalah tiktok di atas. Memang sebenarnya soal 16-9 bisa langsung dikurangkan menjadi 7. Nah, dalam matematika ada pemfaktoran bentuk a^2-b^2=(a-b) (a+b). Dalam soal tersebut, 16 diubah menjadi 4^2 dan 9 menjadi 3^2, dalam hal ini a adalah 4 dan b adalah 3. Jadi diperoleh :

16-9= 42-32= (4+3)(4-3) =7.1 =7,

Untuk soal yang begitu sederhana menggunakan cara seperti itu memang kesannya agak 'lebay' . Tapi bagaimana jika soalnya adalah 5045^2-4955^2=....?

Nah, di sinilah cara yang digunakan Jerome mulai terasa manfaatnya.

Tanpa kalkulator kita bisa mencari hasilnya dengan cara:

5045^2-4955^2= (5045+4955)(5045-4955)

                                  = 10000x90=900.000

Atau soal berikut :

Sumber gambar: tangkapan layar pribadi
Sumber gambar: tangkapan layar pribadi

Soal tersebut bisa dikerjakan sebagai berikut:


Sumber gambar: tangkapan layar pribadi
Sumber gambar: tangkapan layar pribadi
Apa kesimpulannya?

Aturan matematika sangat berguna untuk mengerjakan soal. Meski untuk soal sederhana sepertinya aturan tersebut tidak perlu, untuk soal-soal yang kompleks aturan tersebut baru terasa manfaatnya .

Kalau boleh saya analogikan adalah seperti peraturan dalam masyarakat. Jika masalah yang timbul adalah masalah yang sederhana, biasanya cukup diselesaikan dengan cara sederhana pula, cara kekeluargaan. Namun jika masalahnya kompleks maka keberadaan tata tertib atau peraturan akan sangat terasa manfaatnya. Bagaimana menurut pembaca? 

Salam matematika :)

Referensi:

Video tiktok

Matematika 8 Kurikulum 2013 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun