"Inggih Pak, Â sampai habis lebaran, " jawabku sambil terus merapikan Qur an di lemari dekat dampar -dampar itu.
"Wah, Â enak itu... Bisa kumpul keluarga ya? "timpal beliau.
"Begitulah Pak, Â jarang-jarang bisa pulang agak lama, " jawabku senang. Â Aku bekerja di luar kota dan bisa pulang sebulan sekali. Â Itupun paling hanya satu hari. Â Lebaran adalah saat yang sangat menyenangkan karena bisa berlama-lama berkumpul di rumah. Karenanya meki lewat jalan tikus aku memaksakan diri untuk pulang sebelum lebaran.
"Anak-anak saya tidak bisa pulang lagi tahun ini.., " kata Pak Ali lagi.
Oh, Â jadi beliau punya anak? Berarti bukan sebatang kara seperti perkiraanku selama ini.
"Tinggal di mana Pak? " tanyaku ingin tahu.
"Satu di Jakarta, Â satu di Malaysia. Â Yang Jakarta dua tahun yang lalu pulang, Â yang Malaysia bahkan sudah lama tak pulang, " jawab Pak Ali. Matanya menerawang jauh.
"Waduh kangen ya Pak, "
"Ya iyalah Nak, Â namanya juga anak. Â Sepertinya baru kemarin mereka masih saya gendong, Â saya ajak jalan- jalan, lihat ayam, burung.., Â eh, Â sekarang mlencar semua.., " jawabnya sepi.
"Iya Pak, Â semua sibuk bekerja ya.., " kataku hati-hati.
Pak Ali tertawa. Â "Ya, Â tapi memang kalau kita renungkan, Â kita datang ke dunia ini sendiri dan kelak akan sendiri pula, " jawabnya getir.Â