Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Hari di Kebun Kimi

18 Maret 2021   12:44 Diperbarui: 18 Maret 2021   12:56 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah mungil bercat putih itu terlihat cantik.  Ada dua jendela berhiaskan gorden putih berenda, ada boneka boneka kecil di sana.  Bagian tengahnya terdapat pintu bercat merah muda dengan hiasan gantung yang berbunyi merdu jika tertiup angin.  Klinting... Klinting...  Aku selalu senang mendengarnya.  Bunyinya ditingkahi semilir angin benar-benar sangat menyejukkan. 

Halaman rumah itu tak begitu luas.  Namun ada berbagai macam tanaman bunga di sana.  Ada melati,  mawar,  dahlia,  flamboyan, bougenville, desember bahkan sedap malam .  Pemilik rumah,  Kimi dan keluarganya adalah pecinta bunga.  Tiap pagi dan sore Mama Kimi selalu menyiram bunga-bunga sambil bersenandung disertai langkah-langkah kecil Kimi yang begitu lucu.

Pagi ini  matahari bersinar lembut.  Tetesan air sisa hujan semalam masih menempel di daun dan bungaku. Segar sekali rasanya.  Sedap malam masih terkantuk-antuk setelah menebarkan wewangiannya semalam.  Flamboyan tegar berdiri dengan senyumnya yang menawan,  Bougenville tersenyum ceria menantang sinar matahari , Desember menikmati mentari sambil sabar menantikan saat bersemi beberapa bulan lagi, Dahlia berdiri dengan senyuman teduh,  sementara Mawar menatap matahari dengan tatapan anggun seperti biasanya.  Tetesan air di kelopaknya membuat penampilannya semakin cantik dan segar.

"Selamat pagi semua, " ucapku ramah.

"Pagi, Melati kecil,  " jawab Flamboyan

"Pagi juga, Cantik, " Bougenville dan Dahlia menjawab hampir berbarengan.

"Pagi, sayang, " Sedap Malam menjawab sambil menguap. 

"Pagi...., " jawab  Desember lembut. Setiap pagi secara bergantian kami selalu mengucapkan salam pada teman-teman sesama bunga, dan selalu ada satu yang kami tunggu.  Jawaban dari bunga mawar.  Teman paling cantik dalam kebun ini. 

 Mawar tetap menikmati hangatnya mentari tanpa menjawab salam kami.  Itu yang terjadi tiap hari.  Kami saling pandang sebentar.  Ah,  biarlah,  dia masih mengantuk barangkali, pikirku.

Sebenarnya tidak ada perseteruan di antara kami.  Saling menyapa,  saling senyum adalah kebiasaan kami tiap hari.  Namun kebiasaan itu sedikit ada perubahan sejak ayah Kimi membawa bunga mawar dalam 3 pot besar yang diletakkan di antara kami.  Mawar yang begitu cantik,  merah jingga dengan mahkota bagai beledu.  Kami terkesima melihatnya.  Betapa cantiknya.  Berebutan kami menyapa,  namun sedikitpun Mawar tidak melihat ke arah kami. Aih,  sadarlah kami..  Dia terlalu cantik untuk bergabung di sini. 

Mentari beranjak pergi ketika surau di dekat kami mengumandangkan azan maghrib.  Kimi yang tadinya bermain di halaman segera masuk rumah dan tak lama lagi kami akan mendengar suaranya yang cadel sedang belajar mengaji atau menyanyi bersama ayahnya.

 Ketika malam semakin pekat , sedap malam mulai menebarkan aromanya.  Setiap orang yang lewat depan rumah pasti berhenti sejenak untuk mencari asal sumber bau harum.  "Ooh bunga itu...,"  kata beberapa orang sambil tersenyum ke arah sedap malam.

 Tiba-tiba terdengar Mawar berkali-kali berbangkis. 

 " Kenapa Mawar?  " tanya Bougenville yang berdiri di dekatnya.  "Aku tidak suka bau ini! "kata Mawar kasar.  Kami begitu terkejut.  Tidak satupun dari kami pernah berucap seperti itu, meski kadang aroma Sedap Malam terasa agak menyeramkan.

 "Bau yang sangat mistis,  cenderung menakutkan, mau muntah rasanya! "tambah Mawar sinis..

 Sedap Malam tertunduk sedih. 

 "Jangan begitu,  Mawar, teman kita punya bawaan masing-masing..,  " kata Flamboyan pada Mawar. Kami benar-benar marah melihat sikap Mawar yang semakin hari semakin menjadi. 

 "Aku tidak peduli ,dan tolong jangan terlalu mengumbar baumu!" hardik Mawar pada Sedap Malam.   Sedap Malam menitikkan air mata. 

 "Jaga bicaramu Mawar!  Kita harus saling menghargai di sini, jangan sombong! " timpal Desember.

 "Diamlah!  Tidak layak kau bicara seperti itu padaku!  Penampilanmu tidak ada apa-apanya dibanding diriku!" kata Mawar marah.  Desember tertunduk. Ya, di bulan seperti ini ia tidak punya bunga sama sekali. Hawa yang gerah karena mendung sejak tadi sore semakin terasa gerah oleh perseteruan di antara kami.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba hujan turun begitu deras.

  "Harusnya  sudah musim kemarau ya, " kata Dahlia heran.

"Ah, musim sudah tidak teratur seperti dulu... Sudah banyak kerusakan yang dibuat manusia, " timpalku prihatin. 

Hujan turun semakin deras dan deras.  Sesekali disusul dengan bunyi guruh dan angin kencang. Terlihat jendela rumah ditutup dan tampaknya seisi rumah hendak tidur. Tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu terjatuh dengan kerasnya.

 "Brakk.... !!"disusul dengan keadaan yang gelap gulita di sekitar kami. Rupanya  terjadi pemadaman listrik malam ini . 

Hujan baru berhenti menjelang subuh.  Tatkala matahari mulai muncul di ufuk timur, aku memandang berkeliling.  Mungkin pagi ini adalah pagi terburuk yang kualami. Tampak olehku beberapa dahan Bougenville patah ,Dahlia, Sedap Malam dan Desember amat berantakan, sementara Flamboyan masih berdiri tegar.  Dan aku sendiri hanya mengalami sedikit kerusakan di beberapa batangku. Samar-samar kudengar suara isak tangis.  Hai... Lihatlah.... Di tempatnya Mawar terkulai lemas.  Bunganya patah bahkan rusak tertimpa pecahan genting.  Rupanya bunyi keras tadi malam adalah bunyi beberapa genting yang jatuh.

"Mawar....? " bisikku

Mawar masih terisak.  Aku menoleh pada Dahlia.

 "Mawar?  Aduh,  kasihan sekali, " bisik Dahlia prihatin. 

Mawar masih melanjutkan isak tangisnya " Hidupku sudah berakhir teman-.teman, sebentar lagi aku pasti akan dibuang..,  lihatlah,  badanku rusak semua tertimpa genting."

Kami tidak bisa berkata-kata.  Hiburan macam apa yang bisa diberikan pada Mawar dengan kondisinya yang seperti itu?

Ketika mentari semakin naik seorang laki-laki masuk dengan membawa tangga dan beberapa peralatan. Rupanya ayah Kimi minta bantuan tukang untuk memperbaiki atap yang gentingnya berjatuhan semalam. 

"Hujannya parah ya?  Rupanya ada lima genting jatuh, " kata Pak tukang sambil membersihkan pecahan genting yang berserakan.

"Benar Pak,  nanti minta tolong bunga-bunga  dirapikan ya, ada beberapa bunga yang patah juga miring terkena angin, " kata ayah Kimi.

"Beres...," kata Pak Maman sambil mulai bekerja. 

Menjelang sore pekerjaan selesai/ Aku dirapikan,  Bougenville dipangkas beberapa batangnya, Dahlia,  Desember dan Sedap Malam hanya diluruskan sedikit.  Bagaimana dengan Flamboyan?  Jangan ditanya,  dia adalah teman yang paling tegar di antara kami.  Dan Mawar?  Lihatlah,  dia tersenyum malu.  Bunganya dipotong dan dibuang,  beberapa batangnya pun demikian. Penampilannya jauh berbeda dengan saat datang dulu.

Kami tidak berani menyapa Mawar. Suasana demikian kaku.

Flamboyan tersenyum bijak lalu berkata,"Teman-teman, kita harus bersyukur bisa selamat dari hujan deras semalam. Jika ada beberapa dari kita yang batang atau bunganya rusak, tak apa-apa.. Kita, para bunga mempunyai saat-saat dimana kita bisa tampil cantik, atau tidak.  Yang penting kita saling memahami satu dengan yang lain ."

"Kebun ini jadi terlihat cantik karena   kehadiran kita semua,  ayo senyum..., " lanjut Flamboyan manis.

Mawar melihat kami lalu tersenyum. Aku, Dahlia, Bougenville, Desember dan Sedap Malam memberikan senyuman yang tak kalah manis.  Sore itu terasa begitu indah bagi kami.  Apa lagi dengan langkah-langkah kecil dan suaranya yang lucu Kimi kecil bernyanyi-nyanyi riang :

Lihat kebunku,  penuh dengan bunga

Ada yang putih,  dan ada yang merah.. 

Setiap hari,  kusiram semua

Mawar melati,  semuanya indah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun