"Hujannya parah ya? Â Rupanya ada lima genting jatuh, " kata Pak tukang sambil membersihkan pecahan genting yang berserakan.
"Benar Pak,  nanti minta tolong bunga-bunga  dirapikan ya, ada beberapa bunga yang patah juga miring terkena angin, " kata ayah Kimi.
"Beres...," kata Pak Maman sambil mulai bekerja.Â
Menjelang sore pekerjaan selesai/ Aku dirapikan, Â Bougenville dipangkas beberapa batangnya, Dahlia, Â Desember dan Sedap Malam hanya diluruskan sedikit. Â Bagaimana dengan Flamboyan? Â Jangan ditanya, Â dia adalah teman yang paling tegar di antara kami. Â Dan Mawar? Â Lihatlah, Â dia tersenyum malu. Â Bunganya dipotong dan dibuang, Â beberapa batangnya pun demikian. Penampilannya jauh berbeda dengan saat datang dulu.
Kami tidak berani menyapa Mawar. Suasana demikian kaku.
Flamboyan tersenyum bijak lalu berkata,"Teman-teman, kita harus bersyukur bisa selamat dari hujan deras semalam. Jika ada beberapa dari kita yang batang atau bunganya rusak, tak apa-apa.. Kita, para bunga mempunyai saat-saat dimana kita bisa tampil cantik, atau tidak. Â Yang penting kita saling memahami satu dengan yang lain ."
"Kebun ini jadi terlihat cantik karena  kehadiran kita semua,  ayo senyum..., " lanjut Flamboyan manis.
Mawar melihat kami lalu tersenyum. Aku, Dahlia, Bougenville, Desember dan Sedap Malam memberikan senyuman yang tak kalah manis. Â Sore itu terasa begitu indah bagi kami. Â Apa lagi dengan langkah-langkah kecil dan suaranya yang lucu Kimi kecil bernyanyi-nyanyi riang :
Lihat kebunku, Â penuh dengan bunga
Ada yang putih, Â dan ada yang merah..Â
Setiap hari, Â kusiram semua