Tidak seperti biasanya malam ini gang rumahku ramai. Â Biasanya di atas pukul delapan malam rumah-rumah sudah tutup , semua asyik dengan keluarga masing-masing. Â Malam ini para tetangga pada keluar.Â
Pak Seto, Â yang tinggal dua rumah dari tempatku tiba-tiba kehilangan sepeda motornya. Â Beat merah baru kredit kira-kira satu bulan.Â
Tampak Pak Seto demikian terpukul. Â Sepeda itu tiap hari dipakai mengantarkan cucunya sekolah.
"Lupa mengunci ya, Â Pak? " tanya Bu Pandri
Pak Seto menggeleng.
"Tidak, Â Bu, selalu saya kunci dobel, Â yah, Â mungkin apes bu.., " katanya sedih.
"Oalah, Â Pak, Â mudah-mudahan malingnya insyaf lalu dikembalikan.., Â banyak berdoa, Â Pak, Â " kata Bu Asih.
"Hhh, Â maling mana bisa insyaf Bu? Â Jaman susah seperti ini? " sergah Pak RT
"Bapak, Â Ibu, Â kita tingkatkan kewaspadaan kita ya..., Â kelihatannya curanmor mulai merajalela. Palang di depan gang mulai kita aktifkan lagi penutupannya. Â Yang ada perlu mendesak hingga harus keluar malam hari, Â lapor biar dibukakan, " kata Pak RT.
Di gang masuk RT kami memang ada palang yang ditutup tiap hari mulai jam 20.00 malam sampai jam 04.00 pagi. Sayang sekali palang itu lama tidak difungsikan. Â Biasalah, Â kalau sudah ada kejadian baru muncul yang namanya kesadaran.
Kami mengangguk setuju mendengar nasehat Pak RT.  Tak lama kemudian satu demi satu kami  bubar sambil memberikan satu dua patah kata pada pak Seto supaya sabar, dan mudah-mudahan mendapat rezeki lain sebagai pengganti.  Pak Seto bersalaman dan berterima kasih pada para tetangga yang menyampaikan keprihatinannya.