Namun dengan sigap Mbak Sur berkata, "Oh, Â ya tidak cukup Mbak, Â Kalau untuk sampeyan, Â paling tidak harus empat atau lima sak, " katanya sok tahu.Â
Dan sore itu beras datang ke rumah saya. Â Bisa ditebak, Â jumlahnya adalah lima sak!
Saya cuma geleng-geleng kepala  melihat ulahnya. Tak apalah, hitung-hitung ikut menghidupkan gerakan ekonomi kerakyatan, pikir saya.
Membicarakan Mbak Sur rasanya tidak lengkap jika tidak dikaitkan dengan politik. Pada saat ramai ramainya pileg dan pilpres Mbak Sur juga tak kalah sibuk. Â Di depan rumahnya ada spanduk kecil yang berisi foto caleg dan lambang partai tertentu.
Jika biasanya ia berkeliling kampung membawa makanan, Â kini membawa map. Â Wah, Â penampilan baru, Â pikir saya.
"Mbak,  sampeyan mau  pisau dapur yang bagus?  Gratis lagi? " tanya Mbak Sur pada saya.
"Ya mau, " jawab saya tertarik.
" Syaratnya, Â saya minta fotocopy KTP dan KK, " katanya sambil membuka mapnya. Ada tertera nama nama, Â alamat dan no KTP dan KK. Â Saya tiba tiba merasa kurang enak. Â Ada wanti-wanti bahwa kita tidak boleh sembarangan memberikan data pribadi pada orang lain.
"Nanti saja Mbak Sur, Â itu siapa sih yang bagi-bagi pisau? " tanya saya ingin tahu.
"Ooh, Â ini caleg, mbak, Â saya tim suksesnya, " katanya bangga.
" Dari partai apa? " tanya saya lagi.