Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Corona dari Sisi yang Lain

26 Oktober 2020   21:30 Diperbarui: 26 Oktober 2020   21:32 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa sekitar delapan  bulan kita hidup berdampingan dengan corona.  Mulai Maret hingga kini hampir November.  Hampir tiap hari kita disuguhi berita tentang penularan,  pencegahan,  jumlah yang sakit dan yang sembuh,  possitive rate dan banyak lagi. Terus terang berita-berita tersebut selalu membuat  hati dag dig dug.  Bahkan di awal-awal dulu ,setiap melihat kemunculan Pak Achmad Yurianto jubir perkembangan dan penanganan Covid 19 di TV, hati saya langsung serr...

Saya sering bertanya sebenarnya apa maksud Tuhan memberikan kejadian ini.  Apakah ini hukuman?  Peringatan?  Atau keduanya?

Apapun itu, dalam tulisan saya kali ini saya akan melihat corona dalam sisi yang lain. Saya mencoba mencari  hal baik di balik pandemi ini.  (Hal buruk sudah terlalu banyak diulas di mana-mana)

Corona change everything.  Ya,  sangat bisa dirasakan. Kebiasaan baru selama pandemi ini mulai muncul.   Kita yang biasanya tidak begitu peduli pada cuci tangan kini setiap saat harus cuci tangan.  Cairan sanitizer, tissu selalu setia menemani ke mana saja. Yang biasanya tiap bertemu teman langsung cipika cipiki kini harus bisa menahan diri.  Jaga jarak.  Masker selalu menemani kita saat keluar rumah.

Intinya  kita jadi sangat peduli pada kebersihan dan kesehatan.

 Meskipun ada beberapa yang tidak percaya dengan keberadaan corona,  tapi cobalah,  saat bersama teman dalam ruangan,  lalu ada teman yang batuk pilek.  Kita pasti langsung menjauh.  Jangankan batuk pilek,  bersin saja sekarang menjadi perhatian.

Kegiatan yang mengumpulkan banyak orang sedapat mungkin kita kurangi. Bahkan sekolah semua daring. Kelompok kelompok pengajian sudah mulai mengadakan pertemuan secara virtual.  Tidak apa- apa.  Karena apapun yang terjadi, usaha mengajak orang lain untuk menuju kebaikan harus terus dilakukan. 

Yang sangat saya rasakan sekarang adalah banyak webinar di mana-mana.  Mencari ilmu kini demikian mudah.  Baik yang gratis ataupun berbayar.  

Apakah dulu akses mencari ilmu susah?  Sebenarnya tidak juga,  hanya saja pada masa normal dulu kita harus mengunjungi tempat untuk mengakses ilmu.  Bisa jadi ke luar kota atau luar propinsi.  Sekarang tidak lagi.  Dengan menggunakan aplikasi pertemuan tertentu kita langsung bisa bertemu dan berbagi dengan peserta dari seluruh daerah se Indonesia. 

Bahkan saya kadang mengikuti webinar- webinar di luar disiplin ilmu yang saya tekuni selama ini. Saya tiba-tiba ingat kata bijak Socrates bahwa ilmu itu seperti udara.  Ia begitu banyak di sekeliling kita. Kita bisa mendapatkannya kapanpun dan di manapun.

Hal baik yang lain adalah pada masa pandemi ini anak-anak saya melakukan kegiatan dari rumah.  Baik yang SFH maupun WFH.  Sebuah momen yang langka dimana kami setiap hari bisa berkumpul.  

Karena di masa normal mereka kuliah atau bekerja di luar kota.  Benar-benar sebuah berkah karena kebersamaan kami biasanya hanya berlangsung beberapa hari karena terbentur dengan kegiatan kuliah atau pekerjaan. 

Melihat anak-anak bisa berkumpul dan bergurau setiap hari sungguh membuat saya terlempar ke masa lalu , saat dimana mereka masih kecil-kecil ,mereka suka bermain dan bergurau bersama.  

Apa lagi saat mereka nyetel bareng ost film karun era 1990 an... Wow... Benar benar terasa bahwa time flies so fast.

Satu lagi yang menjadi catatan saya akibat pandemi ini adalah keluarga dikembalikan lagi fungsinya sebagai pembentuk karakter dan pendukung keberhasilan pendidikan anak.  

Dengan banyaknya masalah yang timbul dalam pembelajaran daring kiranya kita disadarkan kembali pada ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang tri pusat pendidikan.  

Bahwa keberhasilan pendidikan anak dipengaruhi oleh keluarga,  sekolah dan lingkungan.  Selama ini ada kecenderungan pendidikan dan pembentukan karakter anak  dipasrahkan pada sekolah saja.  

Kini tidak lagi, karena keberhasilan belajar anak di masa pandemi ini sangat ditentukan oleh kerjasama sekolah dan orang tua, dan pembentukan karakter anak sangat dipengaruhi lingkungan sekitarnya.

Ternyata memang ada hal- hal baik dari setiap kejadian yang menimpa kita. Tentunya yang saya tulis ini hanya sebagian kecil saja.Saya menganggap pandemi ini adalah semacam cubitan sayang dari Tuhan agar kita  lebih menghargai apa yang kita punya dan meluruskan langkah kita kedepannya.  Bagaimana pendapat anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun