Mohon tunggu...
Yuli Farida
Yuli Farida Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Bidan

Saya seorang pengajar dan pembimbing praktik di Program Studi Kebidanan selama kurang lebih 20 tahun. Selain sebagai pengajar, saya juga seorang istri dan ibu dari 3 orang anak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Stunting, Apakah Penyebab dan Pencegahannya?

19 Desember 2022   11:07 Diperbarui: 19 Desember 2022   11:15 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian besar praktisi kesehatan, “Stunting” mungkin bukan hal baru lagi. “Stunting” sering kali menjadi topik dalam pembahasan masalah kesehatan akhir-akhir ini, khususnya kesehatan ibu dan anak. Lalu apakah stunting itu??dan apakah penyebabnya?

Sebelum kita membahas tentang penyebab stunting, mungkin ada baiknya kita mengenal dulu pengertian stunting??

Menurut WH0 (2015). Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang.

Penyebab Stunting

1. Anemia pada remaja putri.

Anemia pada remaja berisiko timbulkan masalah Kesehatan seperti penyakit tidak menular, produktivitas dan prestasi menurun termasuk masalah kesuburan. Remaja putri yang menderita anemia berisiko menjadi Wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu hamil anemia, bahkan juga mengalami kurang energi protein. Ini meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan stunting, komplikasi saat melahirkan serta beberapa risiko terkait kehamilan lainnya.

2. Kegagalan pemberian ASI Eksklusif

Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu pemicu terjadinya stunting pada anak balita yang disebabkan oleh kejadian masa lalu dan akan berdampak terhadap masa depan anak balita, sebaliknya pemberian yang baik akan membantu menjaga keseimbangan gizi anak sehingga tercapai pertumbuhan anak yang normal. Anak balita yang diberikan ASI eksklusif dan MP-ASI sesuai dengan kebutuhannya dapat mengurangi resiko terjadinya stunting.(3) Keberhasilan pemberian ASI eksklusif sangat berhubungan dengan IMD (Inisiasi Menyusui Dini). IMD dapat merangsang produksi ASI dan memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir dan meningkatkan lamanya bayi disusui.

3. Kualitas makanan yang kurang.

Asupan protein berhubungan dengan stunting. Setiap penambahan satu persen tingkat kecukupan protein akan menambah Z-skor TB/U balita sebesar 0,024 satuan. Kurangnya tingkat kecukupan kalsium dapat mengakibatkan munculnya masalah status gizi kronis pada anak balita. Kekurang kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.

4. Riwayat BBLR atau premature.

Anak yang memiliki riwayat BBLR (Berat bayi Lahir Rendah) berpeluang 5,87 kali lebih tinggi mengalami stunting. Berat lahir pada umumnya sangat terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan jangka panjang. Sehingga dampak lanjutan BBLR dapat berupa gagal tumbuh (Growth Faltering). Seorang bayi yang lahir dengan BBLR akan sulit dalam mengejar ketertinggalan pertumbuhan awal. Pertumbuhan yang tertinggal dari normal akan menyebabkan anak tersebut menjadi stunting.

5. Tidak mendapatkan imunisasi.

Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi memiliki kekebalan yang rendah sehingga lebih rentan mengalami penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat mengakibatkan kejadian stunting dimana penyakit infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamus dan cacing. Penyakit infeksi sendiri bisa mengakibatkan keadaan status gizi bahi dan balita berkurang sehingga menurunnya nafsu makan dan terganggunya penyerapan dalam saluran pencernaan. Penyakit infeksi pada balita yang sering terjadi sangat erat  kaitannya dengan kejadian pertumbuhan balita yang kurang optimal sehingga berdampak pada kejadian stunting.

6. Status sosial ekonomi rendah

Anak yang berasal dari  keluarga yang memiliki pendapatan keluarga rendah berisiko mengalami stunting. Hal ini berkaitan erat dengan asupan gizi pada anak. Anak dengan kekurangan gizi kronis di awal kehidupan, pertumbuhan otaknya  juga terhambathingga kemampuan kecerdasan dan performanya edukasinya kelak pun akan lebih rendah dibandingkan anak yang tidak stunting. Selain itu, pertumbihan tinggi dan komposisi otot tubuhnya juga akan terhambat yang pada akhirnya akan menurunkan sistem kekebalan tubuh (lebih mudah sakit).

7. Sanitasi yang buruk.

Sanitasi yang buruk, antara lain adalah kebiasaan buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun telah terbukti berhubungan dengan peningkatan stunting. Hal ini disebabkan karena kotoran manusia dapat menjadi media bagi lalat ataupun serangga lainnya untuk menyebarkan bakteri pada peralatan rumah tangga terutama peralatan makan, sehingga berisiko menyebabkan diare. Diare berulang dan sering pada anak-anak dapat meningkatkan kemungkinan stunting dikarenakan hilangnya nutrisi yang telah dan akan terserap oleh tubuh serta penurunan fungsi dinding usus untuk penyerapan nutrisi. Selain itu kotoran manusia juga dapat mengkontaminasi lingkungan sekitarnya, sehingga dampaknya tidak hanya terhadap satu orang atau satu keluarga, tetapi juga orang-orang lain di sekitar mereka.

Pencegahan Stunting

1. Skrining anemia dan konsumsi tablet tambah darah pada masa remaja putri.(1)

2. Pada masa kehamilan disarankan untuk rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke tenaga kesehatan. Pemenuhan asupan nutrisi yang baik selama kehamilan. Dengan makanan sehat dan juga asupan mineral seperti zat besi, asam folat dan yodium harus tercukupi.(1)

3. Pada masa bayi & balita.

  • Terapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
  • Sesaat setelah bayi lahir, segera lakukan IMD agar berhasil menjalankan ASI eksklusif. Setelah itu, lakukan pemeriksaan ke tenaga Kesehatan atau ke posyandu dan puskesmas secara berkala untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. (1)
  • Imunisasi
  • Perhatikan jadwal imunisasi rutin yang diterapkan oleh pemerintah agar anak terlindungi dari berbagai macam penyakit.(1)
  • ASI Eksklusif
  • Berikan Asi eksklusif sampai anak usia 6(enam) bulan dan diteruskan dengan MPASI yang sehat dan bergizi.(1)
  • Pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita.

4.Gaya Hidup Bersih dan Sehat.

  • Terapkan gaya hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, memastikan air yang diminum merupakan air bersih, buang air besar di jamban, sanitasi sehat dan lain sebagainya.

Referensi. 

1. Susanti D.F. 2022. Mengenal apa itu stunting. 26 agustus 2022. Kemenkes RI. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting

2. Nirmalasari N.O, 2020. Stunting Pada anak: Penyebab dan Faktor Risiko Stunting di Indonesia. Qawwam: Journal For Gender Mainstreaming. Vol 14, no 1 (2020)

3. Aridiyah F.O, Rohmawati N, Ririanty, 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita di wilayah pedesaan dan perkotaan. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol 3 (no 1) (2015).

4. Mawaddah S. 2018. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi. Jurnal Info Kesehatan. Vol 16. No 2. Desember 2018.

5. Pamungkas C.E, Mardiyah S, Nurbaety B. 2021. Hamil usia muda dan stunting pada balita usia 12-59 bulan di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Kebidanan. Vol 10 no 2. 141-148. 2021.

6. Rokom. 2021. Saat Remaja Menderita Anemia, ibu hamil berisiko lahirkan anak stunting. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/2

7. Rahayu A, Yulidasari, F, Putri A.O, Rahman F. 2015. Riwayat Berat Badan lahir dengan Kejadian Stunting oada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 10. No 2. November 2015.

8. Maineny A, Longulo O.J, Endang N, 2022. Riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada balita umur 24-59 bulan di Puskesmas Marawola Kabupaten Sigi. Jurnal Bidan sehat Vol 4 No 1 2022 hal 10-17.

9. Universitas Indonesia. Pentingnya asupan gizi untuk pencegahan stunting. https://www.ui.ac.id/pentingnya-asupan-gizi-untuk-pencegahan-stunting/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun