Mohon tunggu...
Elin Khanin
Elin Khanin Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Cerita

Membaca Buku, Menulis Cerita Romantis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Romantic Doctor

2 Agustus 2022   13:21 Diperbarui: 3 Agustus 2022   10:33 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis itu mengangguk, "Makasih." 

Kemudian Bik Misih mengajak tamunya makan malam bersama anak-anak panti. Semuanya tampak pangling dan terkesima dengan penampilan baru sang tamu. Faris bahkan sempat sedikit kesulitan menelan ludah begitu pandangan mereka bertemu. Faris merasa menemukan bidadari yang jatuh dari langit. Senyum samar terukir di bibir. Bik Misih geleng-geleng melihat tingkah majikannya. 

"Ingat, Den Faris sudah punya calon," ingat Bik Misih. 

"Iya, saya tidak amnesia, Bik." Faris tersenyum geli. Entah apa yang ada di pikirannya. Ia terlihat sekuat tenaga menahan tawa. Hingga membuat kedua pipinya berkedut-kedut. Mungkin baginya gadis itu tampak aneh dengan setelan pakaian muslimah. Atau mungkin menertawakan dirinya sendiri yang tidak bisa menahan diri untuk tidak terpesona. 

-----

Pagi sekali, usai salat subuh Bik Misih mengajak tamunya berkeliling. Melihat-lihat suasana panti. Anak-anak sedang sibuk mengaji. Mereka membentuk antrian panjang di depan Faris. Lelaki itu dengan sabar mengajari mereka membaca alquran. 

Pemandangan itu membuat si tamu cantik terharu, takjub dan ada perasaan yang entah apa namanya menelusup halus dalam dadanya. 

Seandainya calon suaminya setampan itu, mungkin ia tak begitu keberatan putus dengan Samuel. Si gadis menggeleng. Menepis pikiran konyol yang tiba-tiba melintas. 

Ternyata tak semua lelaki bersarung terlihat kolot. Melihat Faris kenapa lelaki justru tampak berkharisma dengan outfit begitu? Ah, apaan sih aku. Si Gadis menyesali monolognya sendiri. 

"Den Faris itu pemilik sekaligus pengelola panti. Setiap hari berkunjung ke sini melihat perkembangan anak-anak. Beliau juga yang mengajar ngaji mereka. Beruntung ya yang dapat suami seperti Den Faris?" Bik Misih seolah tahu pertanyaan yang bergelayut di benak sang tamu. Perempuan tambun itu tertawa sendiri. 

"Oh iya." Sang tamu tersenyum. Namun mata yang dinaungi bulu lentik itu mengembun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun