"Cekek pakai yang pink-pink itu aja."Â
"Hiiih, ngeres ini otak."Â
Akhirnya Jihan melepaskan dasi Fiki. Lelaki itu melirik istrinya yang kini salah tingkah. Kedua pipinya bersemu merah.Â
"Harusnya kamu kasih aku hadiah karena waktu itu sudah menyelamatkan kamu dari mata nakal teman-teman cowok di sekolah. Asal kamu tahu, waktu itu aku marah dan nggak terima. Makanya nyamperin kamu."Â
"Kenapa marah? Kenapa nggak terima?" Tanya Jihan penasaran.Â
"Ya ... Karena aku suka sama kamu."Â
Wajah Jihan spontan merona mendengar pengakuan Fiki.Â
Hari itu menjadi hari pertama setelah bertahun-tahun berpisah dan langsung bonus akad nikah. Jihan yang awalnya benci kini benih-benih cinta di hatinya mulai bersemi.Â
Keluarga besar Jihan ikut mengantar kedua mempelai diboyong ke rumah Fiki. Seminggu kemudian keluarga Fiki mengadakan resepsi di kediaman mereka.Â
Dahi Jihan mengkerut seperti tidak asing jalan dari Ungaran tempat kelahirannya menuju jalan Temanggung.Â
"Loh, loh?" Tanyanya heran.Â