Yuke Synthia Dewi, S.Pd.Gr.
Calon Guru Penggerak Angkatan 7Â
Kabupaten Klaten
Perkenalkan nama saya Yuke Synthia Dewi, CGP Angkatan 7 Kabupaten Klaten. Di sini saya akan menyampaikan Jurnal Dwi Mingguan Modul 1.1 Â tentang Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Tugas ini sebagai refleksi semua pengalaman dan ilmu yang di dapat selama dua minggu. Di sini saya menggunakan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) yang dikembangkan oleh Dr.Roger Greenaway.
1. Facts
      Di bulan November, saya beranikan diri untuk melakukan aksi nyata di sekolah. Mungkin berbeda dengan teman-teman CGP se-angkatan yang kebetulan satu sekolah dengan saya. Saya memilih melakukannya di paling akhir karena saya perlu mengumpulkan keberanian terlebih dulu untuk action. Saya kebetulan mengajar dari kelas X sampai XII untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dengan berbagai program keahlian. Awal saya mengajar menggunakan video yang kebetulan saya adaptasi dari Youtube dengan tema Invitation antara yakin dan tidak saya mulai pembelajaran. Siswa yang awalnya riuh di kelas perlahan mulai tertarik dengan video yang saya putar dan mereka mulai tenang. Tidak hanya sampai di situ, pada saat saya meminta mereka untuk menemukan masalah yang ada dalam video tersebut lewat metode diskusi, mereka mulai antusias meski ada juga siswa yang lebih asik ngobrol sendiri dan selama diskusi mereka hanya mengandalkan teman satu kelompoknya. Akhirnya saya ajak mereka untuk bermain dulu melalui aplikasi Padlet. Masih tetap sama, beberapa anak sepertinya tidak tertarik dengan hal ini sampai akhirnya saya ajak untuk ice breaking barulah mereka semangat. Di dalam PBL saya menerapkan Student Center dan biarkan mereka mandiri dan kreatif. Saat mereka bosan saya persilakan mereka mengambil posisi duduk sesuai kehendak mereka selama masih dalam kelompok dengan tetap memperhatikan etika dan budi pekerti
2. Feelings
      Awalnya saya ragu kalau pembelajaran kali ini akan berhasil terlebih saya melaksanakan di kelas Teknik yang notabene siswanya sangat luar biasa kreatif dan bertenaga. Saat itu saya hanya bisa berdoa semoga hal yang saya lakukan tidak sia-sia. Selama pembelajaran dalam model diskusi kelompok, saya baru bisa melihat, ternyata betapa anak-anak yang selama ini di cap sebagai anak nakal ternyata mereka memiliki bakat yang luar biasa dan semuanya kreatif dan cerdas. Masya Allah. Antara kaget, takjub dan bahagia. Berarti selama ini saya mengajar mereka hanya perlu sebuah metode pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif agar mereka tidak cepat bosan. Luar biasa and I feel it!
3. Findings
      Dari pembelajaran minggu itu dengan kelas berbeda dan grade yang berbeda saya dapat menemukan potensi yang selama ini terpendam. Bakat dan minat mereka yang ternyata belum terlihat dan terasah. Juga talenta yang mereka miliki. Dari sini saya baru bisa melihat bahwa saya belum cukup baik buat mereka selama ini. Saya belum memberikan hak mereka untuk tumbuh sesuai kodrat dan zamannya. Saya belum memberikan kebebasan mereka untuk belajar melalui sebuah permainan.
4. Future
      Sepertinya saya harus bisa melihat bakat dan minat dari masing-masing anak agar saya bisa memperlakukan mereka sesuai dengan kodrat dan hak mereka. Saya juga akan memperhatikan hak mereka dan menuntun mereka dalam setiap pembelajaran saya. Insya Allah ke depannya tidak aka nada lagi istilah anak bodoh ataupun anak nakal lagi. Pada dasarnya setiap anak terlahir dengan kecerdasan dan bakatnya masing-masing. Sesuai dengan filosofi KHD bahwasanya seorang guru bertugas menuntun muridnya sesuai kodrat alam dan kodrat zaman agar memperoleh kebahagiaan hidup.
Semoga Jurnal ini bermanfaat untuk teman-teman Guru Penggerak
Salam Guru Penggerak,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H