Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rumah Bunga Matahari

2 Maret 2020   09:00 Diperbarui: 2 Maret 2020   09:08 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nina menoleh terkejut. Dan mendapati pengemis perempuan berpakaian kumal yang dulu pernah memandangi toko bunganya dari luar telah berdiri di sampingnya.

"Aku juga," ucap pengemis itu lagi, "aku menyesal saat itu telah melimpahkan tugas yang kuanggap rendahan itu kepadamu untuk mengantarkannya ke Rumah Bunga Matahari itu. Sehingga setelah itu hartaku berpindah kepadamu. Padahal pesan pada secarik kertas itu sudah sangat jelas." Dan pengemis itu berbalik pergi.

Nina hanya bisa memandangi punggung perempuan pengemis itu, yang baru saja disadarinya adalah Bu Ratri, mantan atasannya di Toko Bunga Ratri. Ingatannya kembali kepada isi pesan pada secarik kertas itu.

'Tetaplah bekerja keras dan berempati'.

***

"Winda, antarkan paket ini ke alamat yang sudah saya kirimkan ke whatsapp kamu," ucap Maya sembari menghitung jumlah uang di dalam sebuah amplop putih. "Baik, Bu," jawab Winda.

Winda memasuki ruangan yang kosong dan berdebu itu. Langkah kakinya bergema ke seluruh sudut ruangan yang dipenuhi oleh lukisan-lukisan. 

Winda mendekat dan mengamati lukisan yang terpasang paling ujung. Seikat bunga matahari yang dikemas dengan kain putih bergaris emas yang sangat elegan.

Lalu ia memperhatikan lukisan di sebelahnya. Seikat bunga matahari yang terlilit ikatan pita biru yang sangat cantik.

Kemudian Winda menuju ke sebuah meja kecil di sudut ruangan seperti yang telah diinstruksikan kepadanya oleh Bu Maya. Ia memasukkan seikat bunga matahari ke dalam vas bunga itu dan segera berbalik, ingin segera menyudahi tugasnya yang aneh ini.

Dan kakinya terantuk sesuatu yang tergeletak di lantai. Sebuah bungkusan hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun