Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rumah Bunga Matahari

2 Maret 2020   09:00 Diperbarui: 2 Maret 2020   09:08 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sesampainya kembali di toko, Nina menceritakan pada Bu Ratri tentang rumah aneh yang penuh berisi lukisan bunga matahari itu, tanpa menyebutkan sebungkus besar tip yang didapatkannya. Karena sejauh yang ia tahu, tip yang diberikan oleh pelanggan adalah hak miliknya sebagai petugas pengantar, tak peduli berapapun jumlahnya.

"Ya, ya, sudah. Yang penting kita sudah mengantarkan pesanan sesuai instruksi yang diberikan," jawab Bu Ratri acuh tanpa menoleh ke arah Nina sembari melambaikan sebuah amplop putih di tangannya.  

Keesokan harinya Nina memberikan surat pengunduran diri kepada Bu Ratri yang tampak heran dengan keputusannya yang tiba-tiba itu, dan segera menyusun strategi untuk memulai usahanya sendiri. 

Ia membeli sebuah ruko besar dengan dua lantai di sebuah komplek perumahan mewah, dan menjadikannya tempat usaha sekaligus tempat  tinggalnya. Ia juga mempekerjakan beberapa petugas pengantar pesanan untuk memperlancar usahanya via online.

Dan setelah itu hidup Nina berubah drastis. Toko bunganya yang diberi nama Toko Bunga Nina sangat ramai dikunjungi pembeli. Desain rangkaian bunga buatannya yang unik dan eksklusif dengan balutan kain putih bergaris emas, dekorasi tokonya yang instagrammable, dan koleksi bunga-bunganya yang lengkap dan bermutu bagus membuatnya memiliki banyak pelanggan setia.

Nina sangat menikmati hidupnya yang sekarang ini.  Sebagai pemilik toko, ia hanya tinggal duduk santai di balik meja besarnya, memberi instruksi kepada karyawannya, dan uang mengalir masuk ke dalam rekeningnya. Semua yang tak dapat dimilikinya dulu, sekarang sanggup dibelinya. 

"Bu, itu ada pengemis di depan toko," ucap Maya, salah satu karyawan pengantar paketnya.

Nina menoleh ke luar toko, mengamati seorang perempuan berpakaian kumal yang sedang memandangi tokonya. Ia tertegun sejenak, merasa pernah melihat perempuan itu, entah dimana.

"Mau dikasih uang nggak, Bu?" tanya Maya lagi.

"Sudah, nggak usah," tukas Nina. "Nanti jadi kebiasaan."

"Baik, Bu," jawab Maya dan segera pergi membawa paket bunga yang harus diantarkannya. Dan pengemis itu pun pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun