Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rumah Bunga Matahari

2 Maret 2020   09:00 Diperbarui: 2 Maret 2020   09:08 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nina tertegun menatap sebuah amplop surat berwarna putih yang tiba-tiba berada di atas mejanya. Sembari berpikir mungkin Maya tak sengaja meninggalkannya, ia membukanya.

Ternyata amplop itu berisi beberapa lembar uang, disertai secarik kertas bertuliskan pesanan dengan sebuah alamat. Nina mengerutkan kening. Ini adalah alamat yang sama seperti yang dulu pernah didatanginya. Dan pesanan yang juga sama, seikat bunga matahari segar.

Nina terdiam sejenak, berpikir apakah ia harus mengantarkan pesanan itu sendiri atau tidak. Tetapi ia teringat pesan pada secarik kertas pada bungkusan berisi uang yang dulu diterimanya. Disana tertulis, tip itu hanya diberikan sekali saja untuk seterusnya. Mungkin ini maksudnya. Untuk pemesanan berikutnya, sang pemesan tidak akan memberikan tip lagi karena dulu sudah pernah memberikannya dalam jumlah yang sangat banyak. 

Maka Nina memutuskan untuk mengirimkan pesan whatsapp berisi alamat rumah tersebut kepada Maya, karyawan delivery servicenya yang paling rajin, untuk mengirimkan pesanan tersebut segera setelah ia kembali lagi ke toko. Lagipula cuaca hari ini sangat panas dan matahari bersinar amat terik. Enggan sekali rasanya harus keluar dari tokonya yang dingin dan nyaman. 

***

Beberapa bulan kemudian, tanpa penyebab yang jelas, Toko Bunga Nina mendadak sepi pembeli. Lalu akhirnya bangkrut. Nina harus menjual semua assetnya, dan kembali hidup miskin.

***

Nina berjalan tak tentu arah. Banyak tempat telah didatanginya, tetapi tak ada satupun yang membuka lowongan pekerjaan untuknya. Ia masih tak mengerti mengapa hidupnya bisa kembali berubah drastis seperti ini. Padahal ia telah berhati-hati sekali mengelola keuangannya, menyusun strategi pemasaran yang bagus, dan menjaga mutu bunga-bunganya dengan baik.

Nina menyeka peluhnya dan berhenti di depan sebuah toko bunga yang tampak ramai. 'Toko Bunga Maya'.

Ia memperhatikan gadis di balik meja putih mengilat di dalam toko itu. Dan ia mengenalinya. Itu Maya, petugas delivery service teladan yang dulu pernah bekerja padanya. Bagaimana mungkin Maya bisa sukses secepat ini? Nina membatin heran.

"Sekarang kau menyesal kan, telah melimpahkan tugas mengantar seikat bunga matahari itu kepada orang lain?" ucap seseorang di sebelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun