"Betul ! Dan kamu tahu nggak, beberapa pihak bahkan selalu saja mencari-cari kesalahan dari si korban. Dianggap bersalah karena berpakaian terbuka lah, dianggap bersikap menggoda lah. Aneh kan ? Perempuan diharuskan menahan berekspresi, menahan ketidaknyamanan karena harus memakai pakaian yang tidak bersahabat dengan cuaca, dan menahan diri untuk tidak keluar rumah sendirian di waktu-waktu tertentu. Sementara laki-laki nggak mau sedikitpun menahan hasrat dan hawa napsunya ? Â Kenapa laki-laki dimaklumi kalau nggak bisa menahan hawa napsu, sementara perempuan diharuskan untuk bisa menahan ketidaknyamanan dan kebebasan ? Kalau mau adil, kenapa nggak sama-sama menahan ?" seru Ann berapi-api.
"Aku mengerti kemarahanmu, Ann. Itu kesenjangan antar gender yang sudah diterapkan sejak awal peradaban. Maksudku, awal peradaban yang terdapat dalam catatan sejarah resmi di Bumi. Pola yang sama yang juga diterapkan untuk membeda-bedakan ras dan spesies."
"Memangnya apa sih, keuntungan mereka membuat ketetapan seperti itu ?"
"Kepuasan diri. Kemenangan ego. Rasa bangga dan berjaya karena bisa berada di atas yang lain."Â
"Tetapi mereka menerapkannya dengan landasan yang kuat. Bukti-bukti catatan kuno mengatakan tentang hal itu."
"Mengenai catatan kuno, hmm ... Ann, kau tahu permainan pesan berantai ?"
 "Pesan berantai ?"
( Selanjutnya )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H