Kita masih menikmati angin senja menanggalkan riuh kota
Menikmati segala musim dan muasalnya, hulu air mata dan anak-anak sungai
Yang menggenangi sepanjang waktu, dengan bebatuan licin dan runcing.Â
Sesekali suara riuh pohon bambu mencumbu rayu
Cangkir kopi sudah menapak ampasnya, menggeretak tatak
dan bekas bibir waktu yang telah kita lumatkan
Tak mudah memahami filosofi kopi
Se cangkir yang tercipta dari berlapis-lapis kenangan
Bertimbun hingga di meja. Sajian merenda rindu
Kita belajar dan mengeja-eja waktu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!