Mohon tunggu...
Rizal De Loesie
Rizal De Loesie Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Lelaki Penyuka Senja

Rizal De Loesie, Terkadang Rizal De Nasution dari Nama asli Yufrizal mengalir darah Minang dan Tapanuli. Seorang Lelaki yang sering tersesat di rimba kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Waktu di Antara Kabut

1 Oktober 2024   22:25 Diperbarui: 2 Oktober 2024   00:05 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Via https://www.sonora.id

Rizal De Loesie

Aku menanam benih itu bertahun lalu,  

di rahim waktu yang tak terucap,  

menitipkanmu pada tangan takdir,  

yang lebih lembut dari sekadar genggaman ayah

Kau tumbuh, melawan musim,  

kadang patah di tiupan angin,  

kadang luruh saat panas mencambukmu,  

namun kau tetap bertahan,  

meski langkahmu tertatih merangkai hari

Setiap tetes peluhmu adalah cermin,  

yang memantulkan harapan di dalam dadaku,  

di sana kau berlari dalam bayang impian,  

yang belum penuh kujemput dengan tanganku  

Sebab, anakku, perjalananmu adalah teka-teki,  

di mana setiap jawaban terselip di balik waktu,  

dan aku hanya bisa menunggu,  

dengan sabar yang kucicil sedikit demi sedikit,  

menggenggam doa yang terus kupanjatkan,  

seperti akar yang terus menyusup dalam tanah.

Namun, ada saat di mana dada ini terasa berat,  

belum kutemui senyumanmu,  

belum kulihat dirimu sampai di puncak bukit yang kutatap dari jauh

Bukan karena aku ragu,  

tapi waktu adalah rahasia yang selalu diselimuti kabut,  

dan aku tak lebih dari seorang ayah,  

yang menabur benih cinta,  

di tanah yang sepenuhnya milik Allah

Kadang, aku berbisik pada malam,  

mengadu pada-Nya tentang ketakutan yang tak berwajah,  

mampukah aku menyaksikan hari di mana namamu terukir di langit biru?  

Tapi kemudian, aku sadar,  

bahwa kita hanyalah pejalan,  

yang meniti takdir di atas titian rapuh,  

mengayuh doa dalam lautan ikhtiar  

dan pada akhirnya, menyerahkan seluruh mimpi pada tangan-Nya.

Anakku, di setiap langkahmu,  

terdapat kasih yang kurawat dalam diam,  

dan kesabaran yang kuciptakan dari pecahan-pecahan doa

Mungkin aku belum melihat akhir dari perjalananmu,  

tapi kutahu,  

Allah adalah hulu dan muara segalanya,  

dan pada-Nya, segala jawaban akan bermuara,  

tak peduli seberapa panjang jalan yang harus kita tempuh

Bandung, 1 Oktober 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun