belum kutemui senyumanmu, Â
belum kulihat dirimu sampai di puncak bukit yang kutatap dari jauh
Bukan karena aku ragu, Â
tapi waktu adalah rahasia yang selalu diselimuti kabut, Â
dan aku tak lebih dari seorang ayah, Â
yang menabur benih cinta, Â
di tanah yang sepenuhnya milik Allah
Kadang, aku berbisik pada malam, Â
mengadu pada-Nya tentang ketakutan yang tak berwajah, Â
mampukah aku menyaksikan hari di mana namamu terukir di langit biru? Â
Tapi kemudian, aku sadar, Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!