Setiap tetes peluhmu adalah cermin, Â
yang memantulkan harapan di dalam dadaku, Â
di sana kau berlari dalam bayang impian, Â
yang belum penuh kujemput dengan tanganku Â
Sebab, anakku, perjalananmu adalah teka-teki, Â
di mana setiap jawaban terselip di balik waktu, Â
dan aku hanya bisa menunggu, Â
dengan sabar yang kucicil sedikit demi sedikit, Â
menggenggam doa yang terus kupanjatkan, Â
seperti akar yang terus menyusup dalam tanah.
Namun, ada saat di mana dada ini terasa berat, Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!