Rizal De Loesie
Matahari runcing mencengkram ubun,Â
benih tumbuh diajari musim, teriakan kebencian dan caci maki
Berlayar ditengah badai keraguan,
sebagian tumbuh antara pohon teduh kekuasaan
Hari mengajari banyak tema puisi
di taman-taman dan selokan...
Sekeras apakah hati,Â
terbiasa menyaksikan, mendengarkan ujung sajak tak harmoni
sungai kering susunan diksi
Kata mewujud janji, sampai tiba ........
Waktu untuk menjaga lupa....
Mungkin syair tak se asam dulu,
dari Surau -surau itu, suara mengajarkan
mengeja kata, kata hati
Puisiku mati suri......
Jemari kian lepuh mengusap air mata
sungai meninggalkan jejak kaki,
dari batuan kerasnya arah jalan pulang
Lindap langit meruak gulita senjakala,
perahu tersandar letih ....
berlarik sajak menjadi cadik
tetaplah berlayar sepanjang kata
.......
Kota Bandung, 10 Juni 2023
Rizal De Loesie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H