Mencari Cahaya-Mu
Rizal De Loesie, Yufrizal Pasaman
Aku terhempas antara dua bukit,
Angin berhembus meniupkan angan-angan
Tanah yang ditumbuhi ilalang, sebagian mulai hilang
Antara bangunan menjulang,
Jatuh pandangan jauh ke seberang, sejauh
Rengkuh berlabuh.
Alam yang subur dengan rumah, sedikit sawah
Dan ladang-ladang mulai di palang
Dari sini, duhai semesta
Kutekuk segala harap pada yang kuasa
Jika segenap mimpi telah mahir kubait dalam doa
Beri aku satu saja antara berjuta yang ada
Tempat kubuat beribu puisi, tempat kusandarkan segala lelah
Di sana nanti, kuukir batu pualam sebagai sajjadah
Dari sini angin tak kunjung mengiring mendung,
Panas mencitra di wajah lelah, namum hatiku
Hatiku tak pernah menyerah,
Aku tahu, tak ada yang benar memiliki
Tak ada yang sebenar kehilangan
Luaskan hatiku ya Allah, kubayangkan bukit ini adalah samudra
Di sana kelautkan segala doa
Kubasuh segala merupa dosa, karena muasal hati muasal jiwa
Tinggalkan jejak luka, rasa sakit, kebencian dan segala wujud
Yang Engkau benci.
Ku tahu, segala sakit dari hati, hati yang teracuni dosa
Yang tak kita sadari.
Semua rezki dari rasa syukur.
Mendapatkan karena memberi,
Dari sini
Tempat kucuci semua energi, melepaskan-melepaskan
Apa saja semua pikiran dan prasangka yang wujud
Yang tidak Engkau ridhoi,
Dari empat unsur menyatu dalam cahaya-Mu,
Nur Illahi
Punclut, Pebruari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H