Mohon tunggu...
Rizal De Loesie
Rizal De Loesie Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Lelaki Penyuka Senja

Rizal De Loesie, Terkadang Rizal De Nasution dari Nama asli Yufrizal mengalir darah Minang dan Tapanuli. Seorang Lelaki yang sering tersesat di rimba kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekeping Senja Jatuh di Bening Embun

17 Agustus 2020   00:14 Diperbarui: 17 Agustus 2020   00:25 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara Yuda setelah selesai kuliah di IPB kembali ke Kampung dan berkarya mandiri dengan kerja apa saja yang berhubungan dengan hutan. Pekerjaan pemetaan, survey dan apapun yang terkait dengan hutan.

Ada kesempatan kerja untuk mengabdi di pedalaman Sumatera Yuda tak membiarkan kesempatan itu. Sudah lama dia inginkan. Pekerjaan yang mapan untuk modal nantinya melamar Asih sebagai istri. Asih setuju saja setelah 3 tahun hubungan mereka serius, tentunya keinginan membina rumah tangga itu suatu hal yang diimpikan seorang wanita. Apalagi usia Asih sudah menginjak 24 tahun.

Asih dan Yuda masih duduk di bangku di depan stasiun Bus yang akan berangkat ke Jakarta. Masih pukul 1 siang, bus akan berangkat 30 Menit lagi.

"Aa, hati-hati ya Aa"

Yuda memandang dalam ke bening bola mata asih. Ada tetes embun bergelimang di sana. Ada keteduhan dan keikhlasan yang amat luas. Ada bilur kesedihan di raut wajah yang putih bersih itu. Bibir Asih bergetar berdentam di jantung Yuda. Bibir merah itu seakan membangun berjuta kalimat yang hanya bermakna satu. Kesedihan.

Yuda memegang tangan Asih amat lembut, seakan menyentuh untaian mutiara di balut embun.

" Iya, aa tahu, Asih. Sudah. Apapun yang Asih pikirkan Aa dapat merasakannya, dan itu akan sama dengan Aa. Jaga dirinu ya , Asih"

Asih tertunduk, begitu sulit menyusun kata berikutnya, seperti burung yang lagi terbang tiba-tiba sayapnya basah. Di basahi bulir hangat yang jatuh di kedua pipi Asih.

Yuda tahu, dan menyambut bulir itu dengan telapak tangannya, mengusap kelopak mata Asih dengan lembut.

"sampai di Jakarta kabari aku ya, Aa"

Yuda tak menjawab, tetapi merangkul bahu Asih mendekat padanya dan berbisik. "Tidakkah tahu sesungguhnya dengan Aa, sekeping hati Aa tinggal di sini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun