Kembali ku datangi
Bangku yang pernah berkisah tentang mu
Di selasar rel-rel yang tak bertaut ujung
Seperti rindu menggilai temu
Bangku ini melipat sepi di kaki-kakinya
Saksi langit mencatat ratusan kalimat
Yang kupuisikan seperih  jiwa
kau beranjak pergi bersama embun nan lepuh
*
Aku memandu kesendirian
Dalam cengkeram diam yang kuamanatkan sebagai sunyi
Hanya suara desau angin dan debu yang mengabar risau
Namun engkau tak lagi terbaca kenangan
Karena kata-kata telah hinggap ditembang lengang
*
Setelah jubah malam pernah jatuh
Bersama derai airmata yang sulit luruh
Aku menjelma suara riuh yang tak pernah padam
Mengeja diam-diam nama
Bukan lagi tentang dirimu yang qatam
*
Aku telah terjaga antara jelaga malam yang saga
Menjaga pagiku kembali antara tetes embun
Membilas kedukaan menjadi hati yang ranum
Jelang cahaya matahari pagi di bangku ini
di trotoar jalan Braga
Bandung, Â Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H