Kuseduh kata menjadi kopi,
Seperti bunga dan laron taman nan sibuk
Perempuan penjual kembang di gaun cepak
Mengejar kerlip lampu redup prapatan
Telah kutitipkan setangkai mawar
Pada puisi tak habis kuseduh lagi
Membuka pintu langit
Ah kota yang luka
Memerankan cahaya meliuk-liuk
Sepanjang peron dan lampu
Telah menua sujud dan rukuk
Malam memeras keringatnya sampai ke kali
Yang dipenuhi ampas kopi
Dari dada yang berisi
Kuseduh lagi kata untuk melupa,
Memenjarakan akal, mematung ingatan
Kembali pada buku yang tersusun
Mencari dan mengakali sebait kalimat tanya
Yang kusebut do'a
Bandung, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H