Rizal  De Loesie
Penyair perempuan dipinggang petang  jalan berdebu
Ia nikmati rajut-rajut dosa tanpa berasa apa-apa
Dia hanya memikirkan hidup dan caranya
Penyair kebebasan. Penyair pembenar kata-kata
Yang direbus dan disantapnya
Ia masak dosa-dosa di atas luka-luka bernanah
Tak mengenali kitab-kitab yang pernah di baca
Dan didengarnya.
Penyair perempuan, tak pernah lagi tahu
Di mana dia menapak kaki dan mengayun langkah
Tak memerlukan doa dan ridho pada pembuka pintu
Tak akan tersua palang gerbang ke surga,
Tak akan ada yang menggamit tangannya
Penyair perempuan, bukan bidadari
Seperti janji tuhan
Mengemasi pernik-pernik diri,
Mencahayakan keluar jendela dan jalanan
Bukan dihadapan yang dititahkan
Bukan pada bebatuan tempat dia pernah bersandar
Mengikuti alir-alir keinginan,
Mencari-cari yang bukan lagi hak
Suatu kala nanti, jemarimu akan lepuh meraih
Kakimu terseok menapaki tajam jalanan
Sementara kau harus memikul beban, beban yang tak
pernah sanggup dipikul manusia
Karena tuhan maha segala
Kata-kata yang terangkai adalah bangkai
Yang terus meluruh sekujur tubuh
Bandung, Â Â 12 Juli 2019