Untuk kutangkap dalam dekap
Kubelenggu dalam rindu
Secarik syair. Spontan kutulis untukmu yang jauh dari pandang. Jauh dari mimpi, jika memimpikanmu terlarang. Aku adalah penjahat yang akan ditebas pedang.
Angan mengapung, angan mengambang melayang seperti merpati terbang dari pohon ke pohon. Apakah dia juga memandangku yang lugu ? Â apakah dia juga merasakan perihnya rindu?
Pisang kejuku sudah mendingin Bersama angin. Kubiarkan, tertata rapi dengan sendok dan piringnya tak tergeming. Aku hanya menikmati puisi dan kopi, karena keduanya adalah jagoanku yang selalu mendampingi serpih-serpih sepi.
Ya, sore ini beranjak kesenja, kemerahan di lembah. Indah..... seindah tatapan matamu beradu dalam langkah ragu. Aku tak menutup pintu, juga tak mempersilahkan engkau melangkah marasuki lorong-lorong sepiku. Masih ada rambu yang terpajang di dinding-dinding iman.
Engkau juga tahu, ada batas senja dan malam yang begitu tipis, yang harus dipertebal iman...,,,
Tetapi dalam puisi dan kopi kita tak kan berdosa saling merindui....
Kota Bandung, Â Januari 2019
Puncak Bintang