Camar letih menitih buih, senja takdir alam ke barat merayap mengenggam harap.Â
Buih mencumbu ombak, nada disandingkan kata miring.Â
Laut tak reda menderu dalam bangkai waktu sekian lama terpijak,Â
mencari putik-putik sajak untuk didendangkan.Â
Lengang jua menghadang.
Camar melayang bimbang hatinya lempang.
*
syair melayu mendayu sesayup cicit murai di rimbun pantaiÂ
jatuh kedalam. menghempas nurani  tiada henti memungut getir.Â
Tak  cercah pun kau dengar jerit pasir tergerus ombak.
Hampar samudra, dari apakah batu karang itu,Â
tiadakah sebait sajak pun  dalam kasih sayang.Â
jiwa terdera, berderai airmata di syair "Bunda"  di dadanya menyandar semua kesah. Doa yang tak  kikis.
*
Aku mencarimu... Â tiada lagi tersua...
nyanyian ini tak lagi merdu dikupingmu, dalam ketiadaan,Â
kealfaan dan salah mengapung di muara, engkau sauk air pembasuh kenang, biarkan saja camar ini letih tak bersarang
melayang  dalam bimbang
Bandung, 9 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H