Mohon tunggu...
yuesaputri
yuesaputri Mohon Tunggu... Guru - mengeluh dengan menulis

mengenal dengan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat Hari Guru Cuma Basa-Basi

25 November 2019   14:40 Diperbarui: 26 November 2019   07:28 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari itu, perlu diingat bahwa guru sudah mendedikasikan dirinya sebagai orang yang nantinya diharap mampu meningkatkan sumber daya manusia semenjak ia memutuskan  untuk mengambil jenjang pendidikan di IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan/FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan). 

Perlu biaya untuk bisa lulus dari sana. Namun, ketika ia lulus, tugas mulia yang seharusnya dihargai bahkan dihormati oleh masyarakat dan Negara. Malah terlihat seperti buruh. Bahkan buruh pun masih lebih tinggi penghasilannya dibanding guru honorer masa kini. 

Lalu, mengapa masih mau menjadi guru? Jika ada pertanyaa tersebut, tentu jawabannya adalah karena masih banyak sekolah yang membutuhkan tenaga pendidik yang sayangnya tidak diimbangi dengan kesejahteraan guru. 

Akhirnya mereka tetap mempergunakan ijazah dengan motivasi penghibur diri: untuk mencari pengalaman, daripada ijazah menganggur, dan motivasi lainnya. Tidak ada yang menjamin, kapan berakhir masa wiyata bakti mereka. Beberapa bahkan banyak yang  mengalami kendala rumit pada ranah administrasi menjadi guru tetap ataupun pegawai negeri.

Beberapa yang sudah merasa jenuh, mengerjakan pekerjaan lain tanpa melepas statusnya sebagai guru honorer. Biasanya mereka mencoba wirausaha. Ada yang berhasil ada yang tidak atau belum. Sepupuku salah satunya. Sebagai anak laki-laki pertama di keluarganya, tentu dia berpikir bagaimana cara agar memiliki penghasilan cukup. Mau tidak mau, ia harus mencari pekerjaan lain. 

Kemudian ia memilih untuk bergabung sebagai reseler pada seorang pengusaha makanan ringan. Untungnya, usaha ini berhasil. Namun, dalam hatinya masih berharap bahwa suatu saat akan ada pengangkatan tenaga pendidik di daerahnya. Sehingga ia belum melepas statusnya sebagai guru matematika di sebuah sekolah dasar samping rumah. Iya, dengan sebuah harapan itu.

Pada akhirnya, ucapan selamat hari guru di hari guru nasional hanya menjadi asap yang perlahan hilang setelah hari berganti. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidak mengucapkannya. Bukan Karena tidak menghormati guru, namun ia sadar betul bahwa itu hanya sebuah basa-basi saja di hari guru. 

Anggap saja sebagai penghibur sesaat bagi para guru honorer yang kurang dihormati jasanya. Saya sabagai salah satunya, akan lebih memilih mendoakan para guru terutama dalam kesejahteraannya. Semoga guru-guru Indonesia lekas menemui keberuntungannya.  Aamiin J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun