Mohon tunggu...
Yudo AgilKrisnadi
Yudo AgilKrisnadi Mohon Tunggu... Editor - MAHASISWA

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Guru Agama dalam Mengatasai Perilaku Buruk Anak Broken Home

7 Maret 2023   06:43 Diperbarui: 7 Maret 2023   06:52 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Madrasah pertama bagi anak adalah keluarganya. Pendidikan keluarga terhadap anak dimulai dari orang tuanya. Anak diajari mengenai hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, hal yang pantas dan tidak pantas, serta nilai-nilai luhur lainnya. Peran orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Baik perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan.[1] Maka tidak dapat dipungkiri, bahwasanya keluarga berada pada urutan pertama yang paling berpengaruh dalam pendidikan anak.

            Pendidikan anak yang pertama dan paling utama dalam Islam adalah pendidikan dalam keluarga yang berspektif Islam. Pendidikan dalam keluarga yang berspektif Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada tuntunan agama Islam yang diterapkan dalam keluarga yang dimaksudkan untuk membentuk anak agar menjadi manusi yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia yang mencakup etika, moral, budi pekerti, spiritual atau pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

            Namun, banyak anak kurang beruntung yang tumbuh dari keluarga yang tidak menerapkan pendidikan anak. Salah satu permasalahan yang sering terjadi yaitu Broken home. Menurut Chaplin (2002) keluarga broken home adalah keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah, atau ibu), disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan keluarga dan lain-lain.[2] Tentunya broken home memiliki dampak yang buruk bagi anak jika tidak diimbangi dengan kepedulian lingkungan sosial sekitarnya.

            Berdasaran pengamatan penulis akibat dari broken home anak menjadi tidak terkendali dan terarah serta tumbuh menjadi anak yang susah diatur. Permasalahan ini menjadi tanggung jawab kita semua karena jika dibiarkan begitu saja kemungkinan besar akan berakibat buruk kedepannya. Maka dari itu melalui artikel ini, penulis bertujuan untuk memberikan gambaran dan solusi secara singkat tentang peran guru agama dalam mengatasi perilaku buruk anak broken home.

            Menurut Sofyan S. Willis dalam bukunya mengemukakan bahwa dampak yang terjadi akibat dari keluarga Broken home bahwasanya, anak yang berasal dari keluarga broken home sering di temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif, membolos dan suka menentang guru.[3] Berdasarkan penelitian yang dilakukan Irza Rusni dkk. dalam jurnalnya siswa yang tumbuh di lingkungan keluarga broken home cenderung kurang mendapat perhatian dan sokongan keluarga dalam Pendidikan mereka. Sehingga anak-anak kurang termotivasi dalam belajar, yang ditunjukkan dari segi absensi siswa yang sering tidak hadir bahkan tanpa keterangan, terlambat ke sekolah, tidak mengerjakan PR, tidak menyelesaikan tugas di sekolah, dan tidak acuh dalam proses pembelajaran.

            Disinilah peran guru agama dilihat untuk membina dan mengasuh peserta didik yang kurang baik akibat dari broken home. Guru agama dibekali ilmu agama yang mumpuni, sehingga diharapkan pendidikan anak bisa dilakukan melalui pola pendidikan yang dicontohkan Rasulullah Shallaallahu'alaihi wa sallam. Karena segala apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. merupakan manifestasi dari kandungan al-Qur'an. Dalam pengajaran guru dapat mengembangkan caranya sendiri selama cara tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh Nabi.

            Solusi yang dapat diterapkan untuk membentuk perilaku baik siswa melalui metode pendidikan Qurani. Adapun pendidikan Qurani yang dapat dilakukan guru agama diantaranya sebagi berikut:

 

  • Pendidikan Keteladanan

            Guru agama sudah seharusnya memberikan contoh yang baik kepada siswa, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah SAW. dan dianggap paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya.[4] Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 21;

 "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

  • Pendidikan dengan pembiasaan

            Berdasarkan teori fitrah, setiap anak dilahirkan membawa potensinya masing-masing, salah satunya potensi beragama. Potensi beragam ini dapat terbentuk pada diri anak melalui 2 faktor, yaitu: faktor pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan lingkungan yang baik. Setelah anak diberikan pengajaran agama sebagai sarana teoritis, maka guru memberikan aplikasi pembiasaan ajaran tersebut melalui kegiatan sehari-hari.

  • Pendidikan dengan nasihat

            Guru agama merupakan orang yang sakti, segala nasihat dan perintahnya akan didengar dan diterapkan anak. Melalui hal ini tentunya guru agama sudah seharusnya menjadi motivator untuk membentuk perilaku anak. Nasihat diberikan secara berulang-ulang agar nasihat tersebut tidak mudah luntur dan hilang begitu saja dari hati dan benak anak.

            Menurut Ulwan, dalam memberikan nasihat ada pembagiannya, yaitu bisa dengan menyeru dengan kelembutan, sebagaimana seruan Luqman kepada anak-anaknya dalam Q.S. Luqman ayat 13. Kemudian bisa juga dengan metode cerita dan pengarahan melalui wasiat.

  • Pendidikan dengan memberikan hukuman

            Pendidikan ini menjadi metode terakhir apabila metode-metode sebelumnya tidak berhasil. Namun perlu ditekankan juga bahwa dalam memberikan hukuman juga harus mengandung pendidikan sehingga anak tidak terganggu dalam perkembangan psikologisnya dan masih bisa tumbuh menjadi anak yang kretif serta inovatif.

            Dari pemaparan mengenai peran guru agama yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa anak korban broken home membutuhkan perhatian dari lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini guru agama menjadi tonggak utama mengatasi permasalahan tersebut melalui pendidikan yang dicontohkan Rasulullah. Sebagai penutup penulis memberikan saran kepada pembaca untuk meningkatkan rasa kepedulian kepada sesama, karena jika bukan dimulai dari kita tidak ada lagi yang akan bisa merubahnya.

Daftar Pustaka

Ahmad Tafsir. (2001). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja Rosda Karya). hlm. 155.        

Hanik, Ummi. (2018). Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan      Siswa Korban Broken Home di SMK Ma'arif NU 1 Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang, Skripsi. (Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo), hlm.   40.

Mufatihatut Taubah. (2015). Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam, Jurnal    Pendidikan Agama Islam. ( Kudus, Vol. 3, No. 1, Mei tahun 2015). hlm. 124-136.

Willis, Sofyan S. (2017). Konseling Keluarga (Family Counseling). (Bandung : Alfabeta, 2017), hlm. 66.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun