Mohon tunggu...
Yudi Zulfahri
Yudi Zulfahri Mohon Tunggu... Dosen - Direktur Eksekutif Jalin Perdamaian

Master Kajian Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Antara Krisis Ekonomi, Chaos, dan Genosida Alam

2 April 2020   20:34 Diperbarui: 3 April 2020   10:17 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dapat dibayangkan, betapa mengerikannya jika situasi seperti itu terjadi di Indonesia. Setelah mengeluarkan energi yang sangat besar di tengah ancaman terganggunya perekonomian negara saat menerapkan kebijakan lockdown nasional, dalam posisi yang sudah sangat kelelahan dan kewalahan, ternyata kita harus mengulangi kembali semuanya dari awal.

Oleh sebab itu, dalam menyikapi persoalan lockdown, jangan hanya merujuk kepada negara Tiongkok saja. Kita sepatutnya dapat pula mengambil pelajaran dari kegagalan lockdown yang terjadi di India, dimana kondisinya lebih mirip dengan Indonesia.

Kebijakan lockdown di India justru membuat masyarakat marjinal terkena imbasnya. Ribuan pekerja migran dan informal kehilangan pekerjaan, pasokan barang terganggu, ribuan tunawisma telantar di jalan, bahkan masalah kekurangan gizi juga terjadi. India saat ini sangat berpotensi mengalami situasi chaos.

Merujuk kepada data yang dikumpulkan oleh situs Warta Ekonomi, sejumlah alasan yang membuat upaya lockdown di India gagal diantaranya : Pertama, karena banyaknya pekerja di sektor informal, dimana ada jutaan penduduk yang bekerja dengan mengandalkan pendapatan harian. Kedua, tidak didukungnya kebutuhan hidup masyarakat marjinal (kelas bawah) oleh pemerintah. Ketiga, ketersediaan tempat tidur yang rendah di rumah sakit. Keempat, tingkat tes virus corona yang rendah.

Skenario Terburuk

Di bulan pertama mewabahnya virus corona di Indonesia, kebijakan social distancing yang dijalankan oleh pemerintah belum terlihat efektif. Buruknya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, minimnya alat kesehatan dan kurangnya obat-obatan, serta tingkat kedisiplinan masyarakat yang masih rendah, membuat penderita virus corona di Indonesia semakin hari semakin meluas dan bertambah.

Memasuki bulan kedua, situasi sudah mulai mencekam. Sebagian kalangan masih ada yang terus mendesak pemerintah untuk segera menerapkan kebijakan lockdown. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Presiden Ahlina Institute, dr. Tifauzia Tyassuma, terdapat potensi ledakan pasien positif virus corona hingga mencapai satu juta orang jika kebijakan lockdown tidak segera diterapkan (alinea.id).

Adapun menurut analis intelijen A. Adipati Karnawijaya, jika melihat dari kondisi yang ada pada saat ini, Indonesia berpotensi menjadi epicentrum untuk wabah virus corona (rmol.id).

Pemerintah memang berada pada posisi yang sangat dilematis. Di satu sisi keselamatan masyarakat harus diutamakan, tetapi di sisi lain perekonomian negara juga harus diselamatkan. Sedangkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang baru saja diambil, sama sekali tidak menjamin akan memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE), Piter Abdullah, mengingatkan bahaya yang dapat timbul jika penanganan wabah virus corona serba tanggung seperti yang terjadi pada bulan pertama. Dengan pola penanggulangan seperti kemarin, ledakan penderita virus corona sangat mungkin terjadi, yang pada ujungnya akan memaksa pemerintah mau tidak mau harus menerapkan kebijakan lockdown. 

Piter khawatir jika kebijakan lockdown diambil dalam situasi terpaksa karena korban virus corona yang sudah tidak dapat tertanggulangi, maka proses recovery akan jauh lebih lama dan dampak negatifnya terhadap perekonomian justru akan jauh lebih besar (cnbcindonesia.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun