Kedua kelompok identitas di Indonesia tidak menyadari bahaya sesungguhnya dari politik identitas yang terus-menerus mereka lestarikan. Padahal sebagaimana halnya dengan opium (candu), politik identitas juga akan menyebabkan munculnya halusinasi. Fenomena ini terlihat begitu jelas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia akhir-akhir ini.
Misalnya saja dalam pilpres 2019 yang baru saja dilangsungkan, umat Islam yang terjebak dalam politik idenitas meyakini bahwa partisipasi mereka dalam pesta Demokrasi lima tahunan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun ini adalah bentuk jihad fi sabilillah. Mereka sangat menghayati, menganggap partisipasi dalam pilpres sebagai bentuk ibadah tertinggi, dan celakanya, mereka siap mati untuk hal ini.Â
Bahkan mereka tidak sungkan untuk menyatakan jika calon presiden yang mereka usung kalah dalam pilpres 2019 ini, maka Allah tidak akan disembah lagi diatas muka bumi.
Demikian pula halnya dengan kelompok nasionalis. Mereka merasa begitu cemas dan khawatir jika kelompok Islam berhasil mendapatkan ruang untuk menguasai pemerintahan, maka tidak akan ada lagi NKRI. Oleh karena itu mereka tidak ingin ada ruang sedikitpun bagi politik Islam di Indonesia.Â
Siapa saja yang berbicara tentang Syariat Islam atau Khilafah, akan dianggap sebagai musuh negara yang harus disingkirkan. Istilah "Khilafah" yang sudah ada sejak zaman sebelum Indonesia merdeka, dalam sekejap mata menjelma sebagai hantu baru yang begitu menakutkan.
Kita ambil contoh dengan apa yang terjadi pada bulan Desember 2017, dimana Ustadz Abdul Somad dipersekusi oleh sejumlah ormas di Bali ketika hendak memberikan ceramah pada sebuah acara tabligh akbar.Â
Dengan membawa berbagai senjata tajam, sejumlah ormas tersebut mendatangi hotel tempat Ustadz Abdul Somad menginap untuk menuntut pembatalan acara tablgih akbar, sekaligus mengusir Ustadz Abdul Somad.
Persekusi ini dilakukan dengan alasan untuk menjaga NKRI dari faham radikal dan intoleran. Menurut mereka, Ustadz Abdul Somad merupakan sosok yang anti NKRI karena dalam beberapa ceramahnya pernah menyinggung soal Khilafah dan sering mendorong penerapan Syariat Islam di Indonesia.
Bahaya Politik Identitas
Wabah politik identitas yang kini melanda Indonesia sudah sangat meresahkan. Hampir setiap hari kita menyaksikan berbagai narasi yang muncul dengan aroma kebencian dan permusuhan. Agama yang seharusnya berfungsi sebagai pedoman kehidupan dan menghadirkan kesejukan, kini berubah menjadi senjata yang digunakan untuk membunuh rasa kasih sayang.Â
Demikian pula dengan spirit nasionalisme yang seharusnya menjadi perekat dalam kehidupan berbangsa dan benegara, kini justru menjadi tongkat pemukul untuk memecah belah persatuan.