Pedophilic Disorder atau Gangguan Pedofilia
Pada awal bulan September lalu masyarakat Indonesia dikejutkan oleh perbuatan seorang pelatih futsal yang berusia 46 tahun tega melakukan kekerasan seksual kepada 26 anak di salah satu wilayah di Jakarta, anak-anak ini berusia sekitar 11 - 17 tahun. Tak lama setelah itu masyarakat kembali dikejutkan dengan menghilangnya seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang ternyata menjadi korban pembunuhan dan pemerkosaan oleh pelaku yang menderita pedofilia, dan baru-baru ini muncul kasus di Jawa Timur seorang guru berusia 55 tahun yang melakukan kekerasan seksual pada anak usia 9 tahun.
Banyaknya kasus seperti ini membuat masyarakat Indonesia menjadi khawatir dan penasaran mengenai pedofilia itu seperti apa, Untuk mengetahui apa itu pedofilia mari kita lihat lebih lanjut apa itu pedofilia.
Pedofilia (pedhopilia) adanya perasaan dorongan seksual yang kuat dan melibatkan aktivitas seksual dengan anak-anak yang usianya dibawah 13 tahun. Seorang pelaku pedofil adalah orang dewasa dengan usia diatas 16 tahun dan mempunyai umur paling sedikit 5 tahun lebih tua daripada anak.
Pedofilia telah banyak menarik perhatian di dunia. Instansi Federal Amerika Serikat FBI, mengatakan bahwa Indonesia merupakan Negara yang mempunyai tingkat kekerasan seksual tertinggi di Asia, dan menurut versi IB times Indonesia mempunyai peringkat ke-6 di Dunia yang melakukan pemerkosaan terhadap anak. Hal ini banyak membuat masyarakat cemas akan keberadaan para pelaku pedofil.
Menurut teori dasar Psikologi Abnormal Pedofilia didefinisikan sebagai daya tarik seksual terhadap anak-anak pra-pubertas. Freud (1963). Kebanyakan pelaku pedofilia ini adalah seorang pria, mereka memiliki ketertarikan sexual dengan anak yang usianya dibawah 13 tahun. Pelaku pedofilia ini adalah orang dewasa dengan usia minimal 16 tahun, biasanya terjadi pada orang-orang yang dihormati dimana mereka sudah menikah atau bercerai dan memiliki anak. Mereka mempunyai hubungan baik dengan korban bahkan tidak jarang terjadi pada orang yang masih satu keluarga. Pelaku pedofil dengan bujuk rayu dapat mempengaruhi anak-anak dengan meng-iming-imingi korban akan “mendapatkan suatu pengalaman yang menyenangkan” bahkan ada yang sampai diberi hadiah berupa materi oleh pelaku.
Pada beberapa pelaku pedofilia dapat memenuhi kebutuhan sexualnya dengan hanya melucuti pakaian anak-anak, tetapi ada sebagian yang lainnya mereka melampiaskan dengan melakukan tindakan ekshibisionisme (senang mempertontonkan kemaluannya), mencium dan menyentuh alat kelamin anak, memaksa melakukan aktivitas oral-genital, bahkan berusaha untuk memaksakan hubungan seksual melalui vagina dan anal.
Apa yang menyebabkan seorang bisa mengidap pedofilia ?
Ada banyak faktor yang dapat membuat seseorang dapat mempunyai gangguan pedofilia, bisa dari genetis, biologis, social dan kultutral.
Menurut Blanchard pada penderita pedofilia terdapat factor genetika didalamnya, pedofilia sering dipandang sebagai interaksi antara faktor-faktor perkembangan saraf berdasarkan gen dan lingkungan ( Becerra García , 2009) , dan juga mengatakan bahwa seksual pedofilia adalah gangguan perkembangan saraf yang dikuatkan oleh ciri fisik seseorang seperti bertubuh pendek , kecerdasan yang lebih rendah, tingkat androgen prenatal, pernah melakukan pelanggaran seksual terhadap anak, atau mengkonsumsi pornografi ketika masih anak-anak.
Selain genetis ada juga penyebab biologis, pandangan ini menganggap bahwa gangguan pedofilia terjadi karena adanya kelainan pada hormon seksual pria atau serotonin kimia otak, namun hal ini belum terbukti sebagai faktor dalam pengembangan pedofilia. Beradarkan pandangan sosiokultural penyebab pedofilia itu kompeks dan bervariasi. Sejumlah kasus cocok dengan stereotip individu yang lemah, pemalas, mempunyai hubungan sosial yang canggung, dan seorang penyendiri yang merasa terancam oleh hubungan dengan orang dewasa dan berbelok pada anak-anak untuk mendapat kepuasan seksual karena anak-anak tidak banyak mengkritik dan menuntut (Ames&Houston, 1990).
Menurut pandangan Psikologis Pedofilia itu didefinisikan sebagai daya tarik seksual yang sedang berlangsung terhadap anak-anak pra-pubertas (Freund, 1963, 1967; Seto, 2009). Dalam Diagnostic And Statitical Manual Of Mental Disorders 5th (DSM-5), pedofilia adalah de-pathologized dengan membedakan antara preferensi seksual untuk anak-anak praremaja (yaitu, pedofilia) dan gangguan dalam kasus faktor tambahan. Faktor-faktor ini termasuk dikarenakan adanya gangguan oleh fantasi yang dirasakan kuat, termasuk konsumsi pornografi anak.
Pada sejumlah kasus lain, bisa jadi pengalaman seksual masa kanak-kanak dengan anak-anak lain dirasa sangat menyenangkan sehingga pada saat dewasa pria tersebut berkeinginan untuk merasakan kembali kegembiraan masa lalu. Pada beberapa kasus pedofilia, pria yang teraniaya secara seksual pada masa kanak-kanaknya sekarang membalikkan situasi sebagai usaha untuk mendapatkan perasaan berkuasa.
Terkait dengan banyak terjadinya kasus pelecehan seksual kepada anak di Indonesia, untuk pencegahan orang tua harus banyak mengetahui seperti apa gangguan pedofilia itu, dan mengkomunikasikan kepada anak, agar anak tahu dan tidak tabu akan hal yang mengarah pada kekerasan sexual sehingga anak tidak mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan atau pelaku pedofilia sendiri, dan diharapkan orang tua harus banyak memonitor anak agar mereka tidak mengkonsumsi pornografi dibawah umur, karna hal ini dapat memicu terjadinya kekerasan seksual.
Apakah Penyakit Pedofilia dapat disembuhkan ?
Sebenarnya tidak ada bukti bahwa pedofilia dapat disembuhkan, tetapi ada beberapa cara yang bisa dipakai untuk meminimalisir ganggungan pedofilia. Secara konseptual terdapat empat modalitas utama, yaitu psikoterapi, terapi perilaku, operasi, dan obat.
- Psikoterapi, Psikoterapi ini mengembangkan bagaimana ketertarikannya terhadap pasangan yang sesuai dengan usia dan lawan jenis, tetapi hal ini tidak terjadi pada beberapa kasus dikarenakan adanya kehidupan awal yang mengganggu proses pematangan psikologis.
- Behavior Therapy, terapi perilaku atau Behavior Theraphy lebih mengutamakan bagaimana upaya untuk memadamkan perasaan ketertarikan seksual yang berhubungan dengan anak-anak, sekaligus mengajarkan bagaimana menjadi individu yang dapat terangsang secara seksual dengan pasangan yang tepat baik usia maupun jenis kelamin.
- Punishment, tipe lain dari terapi perilaku yang telah dicoba adalah punishment atau hukuman, biasanya dalam bentuk penahanan. Dengan penahanan di penjara dapat mengubah sifat orientasi seksual pedofilia, yaitu yang dapat meningkatkan kemampuan godaan pada anak-anak.
- Surgary, Removal of the testes atau Kastrasi sudah disarankan untuk treatment bagi penderita pedofilia karena testis merupakan sumber utama terproduksinya testoterone di dalam tubuh. Prosedur ini bukan menghilangkan penis tetapi bagaimana menurunkan testosterone. Testosterone adalah hormone yang penting karena berhubungan dengan seksualitas dan perbedaan gender seseorang. Testosterone yang terjadi ketika pubertas pada laki-laki berhubungan dengan perkembangan peningkatan kemaluan, rambut wajah, pendalaman suara, peningkatan masa otot dan bagaimana libido seksual. Ide menurunkan testosterone dalam kasus pedofilia adalah untuk mencoba mengurangi intensitas mengidam seksualnya.
- Farmakologi, farmakologi tidak meninggalkan trauma fisik atau psikologis operasi. Metode ini adalah dengan pemberian obat untuk menurunkan testosterone. Cara kerja obat ini adalah mengikat otot, dengan menyuntikan obat yang berupa cairan ini secara bertahap selama beberapa hari ke dalam aliran darah.
Daftar Pustaka
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder 5th Edition DSM-5. American Psychiatric Publishing : Washinton DC.
Journal The Neurobiology and Psychology of Pedophilia : Recent Advances and Challenges Frontiers, in human Neuriscience,(2015). Frontiers In Human Neurosince.
Fred S. Berlin, M. D., Ph.D. and Edgar Krout, M.A. Johns Hopkins Hospital, Baltimore, MD. (1994) Pedhopilia : Diagnostic Concepts Tratment, and Ethical Consideration.
Jeffrey S.Nevid, Spencer A. Rathus, Beverley Greene (2003) Abnormal Psychology in Changing World/Fifth Edition.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H