Alarm di HP bunyi, dan menandakan kalau sekarang tepat jam 1:00 dini hari WITA. Saya bergegas bangun untuk bersiap karena setengah jam lagi akan ada mobil yang menjemput saya di hotel. Untungnya semua keperluan saya sudah saya siapkan dua jam sebelumya, sebelum saya tertidur tanpa nyenyak karena khawatir bablas sampai pagi.
Ya, hari ini, Rabu, tanggal 17 Januari 2024, saya akan melakukan perjalanan ke puncak Gunung Batur berdua dengan teman saya yang bernama Agung Nugroho (@agoengnug). Awal rencana sih ada beberapa orang lagi yang mau ikut, namun karena ada keperluan lain akhirnya tinggal kami berdua saja yang tetap berkomitment untuk tetap jalan. Tanpa ada keraguan. Dan setelah siap, saya tinggalkan kamar sambil mencoba menghubungi Agung yang ternyata juga tidak kalah siapnya dengan saya.Â
Setelah bertemu di lobi hotel, mobil penjemputpun tiba. Sejurus kemudian meluncurlah kendaraan roda empat itu menyusuri aspal kota Bali di tengah pagi buta menuju wliayah Kintamani di mana Gunung Batur tegak berdiri. Tidak ada yang bisa kami ceritakan selama perjalanan ini karena kami berdua dalam keadaan tidur pulas .
Entah jam berapa ketika kami dingunkan oleh Pak Supir yang mengatakan kalau kita sudah sampai. Saya fikir sudah sampai lokasi. Ternyata yang dimaksud adalah sampai Kintamani di mana kami harus membayar biaya restribusi sebesar Rp. 20.000,- per orang. Dan setelah membayar, kami lanjutkan lagi perjalanan menuju base camp. Namun kali ini tanpa tidur pulas.
Jam 03:18 WITA akhirnya kami tiba di base camp yang ternyata adalah sebuah lahan parkir besar dengan dua buah warung di sisi kirinya. Diantara dua warung itu terdapat 4 buah toilet yang ternyata masih tutup dan baru akan buka nanti jam 7 pagi.
Sambil menunggu guide yang sedang dalam perjalanan, kami disuguhi teh manis panas yang merupakan compliment dari paket tracking Gunung Batur. Lumayan untuk menghangatkan badan kami yang diselimuti hawa dingin pada pagi hari itu. Kalau menurut perkiraan saya, mungkin suhu di base camp itu sekitar 18-20 derajat. Agung masih menggunakan jaketnya, sementara saya membiarkan kulit tubuh ini diterpa suhu dingin itu. Saya dan Agung sempat melihat sekelebat kilatan petir nun jauh di sana. Ada sedikit kekhawatiran kalau akan hujan. Apalagi tidak terlihat bintang sama sekali di langit Kintamani saat itu. Namun Pak Supir meyakini kami kalau cuaca akan cerah. Tentunya kami amini perkataan Pak Supir tadi.
Sekitar jam 4 kurang, guide yang kami tunggupun tiba. Dan tanpa menunggu lama, sang guide (yang ternyata masih anak muda berusia 19 tahun dengan nama panggilan Made) langsung menyiapkan head lamp dan tracking pole dan masing-masing sebotol air mineral ukuran 600ml untuk bekal kami selama perjalanan pergi dan pulang nanti. Setelah semuanya siap, segera kami mulai pendakian kami.
Bismillah....
Jam 04:17 kami mulai mengayun langkah mendaki perlahan demi perlahan menyusuri jalan beraspal nan gelap yang hanya diterangi oleh senter di kepala kami. Jalan ini beraspal karena dimaksudkan untuk kemudahan kendaraan bermotor yang akan ke Pura (ada beberapa Pura yang sempat kami lihat selama pendakian). Namun jalan aspal ini hanya dibuat sebagian alias tidak sampai atas. Sampai Pos 1 pun tidak.
Suhu masih saja dingin, tapi ternyata tidak membantu kami untuk membuat perjalanan kami lebih mudah. Dari mulai perjalanan di "titik nol" jalan sudah langsung menanjak tanpa bonus. Keringat kamipun mulai meluncur tanpa peduli lagi ada udara dingin yang berusaha menahan. Baru beberapa meter, kami harus beristirahat di sebuah Pura untuk sekedar mengatur nafas. Hanya sebentar untuk kemudian kami melanjutkan lagi perjalanan tersebut. Kali ini jalanan mulai didominasi oleh tanah. Agung sudah mulai membuka jaketnya. Dari mulut kami masih mengeluarkan asap ketika kami bernafas. Lebar jalan mulai mengecil dengan jurang yang berada di kanan dan kirinya. Kami lebih berhati-hati lagi di tengah kondisi jalan kami yang semakin gontai. "Kapal sudah miring ke kanan, Kapten!!!"
Jam 04:28 kami tiba di Pos 1 yang juga merupakan sebuah warung yang masih tutup (dan masih saja tutup ketika kami kembali dari puncak Gunung Batur).Â
Jam 04:33 kami melanjutkan perjalanan kembali. Elevasi masih saja tidak bersahabat dan terus menanjak tanpa ampun, tanpa bonus. Sementara suhu dingin tidak berkurang sama sekali. Mulut kamipun semakin sering mengelurkan asap karena intensitas nafas kami yang semakin menderu. Adapun mengenai kondisi jalan masih berupa tanah yang sedikit berpasir.
Pos 2!! Yeay... akhirnya kami tiba di Pos 2 tepat pada jam 05:05. Dan seperti di Pos 1, Pos 2 inipun merupakan sebua warung yang keberadaannya masih tutup. Kondisi juga masih gelap. Namun dari Pos 2 ini kami sudah bisa melihat pemandangan di bawah berupa lentera-lentara yang berasal dari perahu-perahu nelayan yang sedang bersandar di bibir Danau Batur yang tenang. Tidak ada pepohonan di Pos 2 ini sehingga kami bisa dengan jelas melihat kondisi, suasana, dan pemandangan di bawah. Bahkan langit cerah dengan ribuan bintangnya juga dapat kami lihat secara langsung. Subuh yang indah....
Tidak perlu berlama-lama, kami lanjutkan kembali perjalanan kami dengan harapan kami tiba di puncak sebelum matahari terbit. Perjalanan ke Pos 3 ini rasa-rasanya semakin sulit. Jalan tanah dengan beberapa akar pohon yang menyembul keluar menjadi pijakan sepatu-sepatu kami. Langkah kami juga semakin gontai. Kaos semakin basah. Tapi justru semakin membuat semangat kami mucul, sebab beberapa kali Made memompa adrenalin kami dengan mengatakan kalau Pos 3 semakin dekat. Dan itu artinya puncak Gunung Batur juga semakin dekat. Adduuhhh... bisa aja nih si Bli Made...
05:41 akhirnya kami berhasil tiba di Pos 3 yang merupakan pos terakhir sebelum summit ke puncak. Sayangnya saya lupa mengambil gambar atau foto Pos 3 ini. Duh maafkan ya pemirsah... Dan di Pos 3 ini juga terdapat warung (yang lagi-lagi dalam kondisi tutup) dengan sebuah gubuk berukuran kurang lebih 22 meter di sebelah kanannya. Di gubuk inilah kami putuskan untuk melakukan sholat subuh sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju puncak gemilang cahaya (eh itu mah lirik lagi Akademi Fantasi Indosiar atau AFI ).Â
Bismillah, semangat!!! Kami angkat lagi kaki dan semangat kami untuk terus melangkah melewati jalan bebatuan yang beberapa diantaranya cukup tajam. Dari belakang sudah mulai muncul lembayung kemerahan walau belum tegas, "Kita harus segera sampai puncak nih sebelum mataharinya muncul" pekik saya ke diri sendiri dan juga ke Agung. Tapi, bukannya semakin mempercepat langkah, justru disini kami banyak berhenti. Ini disebabkan pemandangan aduhai di belakang kami yang tidak ingin kami lewatkan untuk diabadikan. Terlihat jelas dari ketinggian ini Danau Batur dengan air yang berwarna biru dengan perahu-perahu kecil (terlihat kecil maksudnya) hampir di setiap pinggirnya. Belum lagi kabut putih terhampar indah persis diatas air danau itu. Semakin syahdu pemandangan di bawah sana, Sementara di belakangnya tampak Gunung Agung (3142 mdpl) berdiri gagah, seolah menjadi penjaga dua gunung kecil di depannya, yaitu Gunung Abang dan Gunung Troyan. Masya Allah....
Setelah puas mengabadikan diri kami dengan foto dan juga video, kami tuntaskan tujuan kami dengan mencapai puncak. Alhamdulillah... akhirnya kami bisa menjejakkan jari jemari kaki ini ini di puncak Gunung Batur 1717 mdpl tepat di jam 06.12. Hilang sudah semua lelah kami begitu kami berdiri menghadap keindahan Danau Batur, Gunung Agung, Gunung Abang dan Gunung Troyan. Seolah ingin membayar setiap peluh kami yang terus turun, samudera awanpun perlahan mulai mucul, selayaknya seorang tokoh utama yang tampil belakangan dalam sebuah fragmen televisi yang menjadi klimaks sebuah tontonan dan diakhiri dengan tepuk tangan seluruh penonton. Betul-betul sebuah sabda alam yang tidak akan bisa kami lupakan begitu saja.
Cakrawala menyapa kami. Semesta menyambut kami.
Lelah tergantikan dengan kekaguman. Peluh tergantikan dengan rasa syukur. Kami nikmati pagi "bersejarah" itu dengan semangkok mie instant rebus dan segelas kopi susu panas yang juga merupakan bagian dari pelayanan paket ke Gunung Batur ini. Dan tentu saja sesi foto sendiri maupun berdua kami lakukan dengan berbagai pose dan posisi. Duh, biarin deh dibilang norak-norak bergembira. Kapan lagi bisa di Gunung Batur yang cantik ini? Lagi pula semua wisatawan yang ada di sana juga melakukan hal yang sama koq, hihihihi... Eh iya, ternyata ketika kami sampai di puncak Batur, sudah ada beberapa pendaki yang juga sudah sampai duluan lho sebelum kami. Padahal, selama perjalanan dari base camp sampai summit ini, relatif kami hanya bertemu dengan dua rombongan saja. Satu yang sempat mendahului kami, satu rombongan lagi yang berhasil kami lewati. Dan ternyata, mereka yang tiba duluan itu menggunakan trek yang berbeda. Oh pantesan...
Sebagai info, puncak Gunung Batur ini ada tiga lho: Batur I, Batur II dan Batur III. Dan setelah saya cari-cari infonya di paman Gugel, Gunung Batur ini ternyata gunung berapi aktif. Pantesan saya lihat di salah satu kawah, muncul asap yang merupakan tanda bahwa ini gunung yang masih aktif. Kecil-kecil cabe rawit juga nih
Setelah semua ritual summit kami jalani, tiba saatnya kami harus kembali turun karena berpacu dengan waktu. Tepat di jam 07.10, kami mulai menapaki jalan turun. Dan kali ini dengan sediki istirahat (kalau tidak mau dibilang tanpa istirahat). Karena medan yang licin dan juga berpasir di beberapa tempat, kami sempat beberapa kali terpeleset walau tidak sampai jatuh. Jujur saja, kondisi kaki saya sudah mulai gemetaran. Namun karena harus mengejar waktu maka semua itu tidak kami pedulikan.
Singkat cerita, jam 08.20 kami tiba dengan selamat di base camp lagi. Alhamdulillah... Dan tanpa berlama-lama, segera kami tuntaskan kewajiban kami berupa penyelesaian pembayaran paket Batur untuk seterusnya kembali masuk ke mobil yang sama dengan yang mengantar kami dini hari tadi untuk menuju hotel.
Jam 09:00 mobil bergerak pulang dan beberapa menit kemudian kami kembali tertidur pulas dengan mimpi indah mengenai Gunung Batur sampai tiba di hotel lagi.
Semoga apa yang kami tulis ini bisa memberikan gambaran serta mempertebal keyakinan para pembaca untuk tidak ragu menyempatkan diri mendaki Gunung Batur yang pasti menjanjikan pemandangan indah.
Terima kasih Mas Agung (@agoengnug) sudah mau menjadi partner perjalanan ke Gunung Batur ini. Semoga kita bisa kembali berpetualang bersama di kesempatan yang lain.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H