Selang lima belas menit, sosok gempal dan tangguh layaknya Obelix itu akhirnya muncul juga. Koh Roni dan Ari tiba. Tanpa disuruh, langsung masuk ke warung Bu Kuat dan merebahkan badannya yang aduhai itu.Â
Sama seperti kami, Koh Roni pun akhirnya menikmati makan siang di warung Bu Kuat itu. Tapi kali ini mereka berbagi dengan Corry juga. Itulah nikmatnya jadi pendaki. Tidak pernah kami menemukan musuh. Yang ada menjadi teman dan persaudaraan (Jadi inget Tita, Elsa dan Silvi di Gunung Lawu atau baca juga di sini)
Cukup lama kami istirahat di Pos Tiga. Hampir dua jam. Tepatnya baru merangkak naik lagi menuju Sunrise Camp jam 14.10. Sunrise Camp adalah tempat yang memang ditujukan untuk mendirikan tenda bagi semua pendaki Gunung Sindoro. Lokasi diketinggian 2423 mdpl itu cukup luas, terbuka, dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang indah.Â
Hampir semua tenda menghadap ke arah yang sama: Timur. Dari sana kita bisa melihat besar dan gagahnya Gunung Sumbing, serta kecil dan cantiknya Gunung Merbabu, Lawu, Merapi dan Ungaran. Belum lagi pesona dan samudra awan yang membalut semua Gunung-gunung itu. Masya Allah... semoga foto-foto dokumentasi di cerita ini bisa menggambarkan itu semua ya...
Kami lebih memilih menikmati kopi dan susu jahe daripada makan. Suasana sejuk segera menghilangkan rasa penat dan lelah kami semua. Suhu udara saat itu tercatat 18 derajat celcius dan terus turun ketika malam sampai 9 derajat celcius!! Waktu malam aja saya gak kuat nahan dingin. Sampai Koh Roni mengira saya kesambet karena begitu menggigilnya. Lha iya menggigil, lha wong saya Cuma pakai base layer dibalut baju kaos. Sementara yang lain sudah berjaket ria. Duh.. sok-sok-an sih :-).
Tidak bisa kami lewati malam itu begitu saja. Selepas makan malam dan sholat, kami semua berkumpul disekitar tenda untuk saling ngobrol dan bercanda. Kentang goreng dan beragam minuman hangat jadi teman kami juga malam itu. Saya lebih banyak menikmati pemandangan malam.Â
Walau gelap, Gunung Sumbing masih dapat kami lihat dengan jelas karena dibantu cahaya bulan sabit dan jutaan sinar bintang. Dari kejauhan saya melihat sebuah garis kecil yang tampak terang dan bergerak. Ternyata itu rombongan para pendaki Gunung Sumbing yang sepertinya hendak naik ke tempat mereka berkemah.
Pemandangan lainnya yang tak kalah hebat adalah ribuan lampu pijar dari setiap bangunan yang berada di kaki Gunung Sindoro. Sekilas saya melihatnya persis seperti sebuah akar Gunung yang terang yang berasal dari lampu-lampu yang hendak merangkak naik Gunung Sindoro. Sayangnya saya tidak bisa mengabadikan potret ini karena keterbatasan kamera yang saya miliki (maklum cuma pakai HP :-) ). Silahkan datang sendiri ke Sunrise Camp jika ingin melihat sendiri apa yang saya ceritakan tadi, hehehe..
Akhirnya kami putuskan untuk tidur cepat malam itu karena kami tahu kalau esok hari harus bangun jam 2 atau 3 pagi untuk mengejar sunrise di Puncak Gunung Sindoro.Â