Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ranu Kumbolo, Sebuah Perjalanan Penuh Kenangan

21 November 2017   11:36 Diperbarui: 21 November 2017   11:45 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tenda, tidak ada yang kami lakukan kecuali ngemil, minum kopi atau susu dan tidur. Cukup nikmat tidur di alam terbuka yang dingin itu. Di atas, langit terlihat bersih. Sesekali kabut juga turun melintas. Masya Allah, sungguh nikmat yang sangat besar yang bisa kami nikmati di saat itu. Sementara tenda-tenda lain sudah cukup banyak berkurang karena mereka beranjak ke Kalimati.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Menjelang malam, entah kenapa, kami semua memutuskan untuk tidak makan malam. Selepas Isya, kami bertiga memutuskan untuk tidur. Sleeping bag, jaket, sarung tangan, kaos kaki tebal, jadi teman kami malam itu. Dan betul saja, kamipun langsung tertidur malam itu. Tapi jam 00:30 waktu di jam tangan saya, saya terbangun karena lapar. Saya nikmati dua helai roti plus susu kental manis sambil menikmati udara dingin malam itu. Langit cerah. Bulan yang sudah tidak bulat sempurna lagi ikut menerangi malam itu. Sementara bintang-bintang yang tidak begitu banyak juga ikut muncul di langit. Saya berharap ini sebagai pertanda cerahnya pagi sehingga sunrisebisa kami nikmati. 

Sabtu, 13 Mei 2017 

Jam 05.00 pagi. Lagi-lagi Om Kunto membangunkan kami dan mengatakan langit cerah. Sekelebat saya dan Om Dedy ikut terbangun. Perlahan lembayung oranye muncul di awan. Seperti dikomandai, para pendaki yang masih berada di Ranu segera muncul. Segala ponsel dan kamera professional dipersiapkan. Matahari akhirnya muncul. Walau tidak sempurna, 

Matahari ternyata membawa warna-warna indah bersamanya. Warna langit berubah-ubah. Kadang biru, kadang oranye, kadang merah muda. Semua tidak luput kami abadikan. Sinar diatara dua bukit kembar, pantulan diatas air yang tenang dan jernih membuat kami tidak beranjak untuk terus memotret. Bahkan kopipun kami bawa ke dekat danau untuk kami nikmati di tepinya.Beragam posep kami lakukan. Semua demi kenangan bersama sunrise Ranu Kumbolo.    

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Jam 7 pagi kami tuntaskan acara potret memotret. Kami siapkan sarapan pagi dan langsung membenahi ransel dan tenda. Kami bersiap turun dan kembali pagi itu. Singkatnya, jam 08.30 kami mulai berdoa dan bersyukur kepada Allah atas karuniaNya, lalu melangkah pulang. Melewati jalur yang sama saat kami berangkat, perjalanan kami ternyata jauh lebih cepat. Pos 4 dan Pos 3 kami lewati tanpa berhenti. Pos 2 berhenti sejenak. 


Demikian juga di Pos 1. Yang sedikit menghalangi kami turun adalah masih banyaknya pendaki yang naik. Kami memilih untuk selalu mengalah demi memberikan jalan kepada para pendaki tersebut. Syukur Alhamdulillah, sekitar jam 12.30 kami tiba kembali di Ranu Pani. Kami putuskan untuk istirahat, makan siang dan mandi segera berganti pakaian. 

Setelah semuanya selesai, kami ke Pos Ranu Pani untuk menyetorkan semua sampah yang kami hasilkan selama di Ranu Kumbolo. Ini wajib dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab setiap pendaki agar tetap menjaga kebersihan, keindahan dan kelestarian alam di Gunung Semeru.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Bergegas kami menghampiri lokasi mobil jeep yang siap mengantar ke bawah. Jujur saja kami belum punya kendaraan yang disewa. Modal kami hanya berharap menumpang dengan rombongan lain. Betul saja, ada rombongan berjumlah 9 orang yang sudah menyewa dua jeep. Kamipun diperbolehkan menumpang dengan tetap membayar Rp. 50.000,- per orang langsung ke supir. Perjalanan lancar. Di suatu titik, kami berhenti untuk (sekali lagi) mengambil gambar dan pemandangan indah. Di kejauhan, puncak Mahameru sedikit muncul. Seolah hendak menyapa kami dengan mengucapkan selamat tinggal, dan menunggu kedatangan kami kembali.

Perjalanan pulang sampai rumah kembali dengan selamat tidak akan saya ceritakan disini karena memang sudah tidak ada lagi yang perlu ditulis. Kelelahan membawa kami untuk beristirahat. Om Kunto berpisah di Malang karena harus ke Jogja untuk suatu urusan. Sementara saya dan Om Dedy melanjutkan perjalanan pulang sampai ke Jakarta dan bertemu keluarga masing-masing.

Betapa pengalaman indah dan menakjubkan. Tidak henti-hentinya rasa syukur terucap dari bibirku. Terima kasih ya Allah atas segala kesempatan dan kemudahan ini. Terima kasih ya Allah untuk menciptakan alam yang indah ini. Terima kasih ya Allah untuk kesempatan tinggal di negeri tercinta Indonesia yang penuh keindahan. Semoga Engkau memberikan lagi kami kesempatan untuk melihat indahnya Indonesia.Terima kasih juga Om Dedy, Om Kunto, Sidik, Dimas, Ady, Zul, Isya dan yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun