Hampir saja mengikuti saran Om Dedy untuk kembali ke Ranu Pani dan istirahat disana. Tapi saya menolak. Dengan sisa tenaga yang ada, saya teruskan perjalanan ini. Targetnya sampai Pos 1 dulu. Nah sampai di Pos 1, saya putuskan untuk tidur. Cukup lama juga tidur saya. 1,5 jam. Tapi ini betul-betul efektif untuk mengembalikan stamina saya. Ditambah lagi dengan menelan pil multivitamin penambah tenaga, saya merasa semakin sehat untuk meneruskan perjalanan. Disini saya sadar, betapa pentingnya istirahat yang cukup untuk mendaki. Saran ya, lebih baik istirahat deh di kereta. Paksa saja mata terpejam demi kelancaran pendakian nanti. Â
Jam 12.30 perjalanan dilanjutkan kembali. Melewati Pos 2 kami istirahat lagi. Tidak lama memang. Tapi cukup efektif membantu stamina kami. Lha iya, waktu istirahat itu kami melahap beberapa buah dan gorengan juga koq, hahaha... Lanjut lagi. Setapak demi setapak kami susuri lintasan kecil itu. Jika jalanan menanjak cukup tinggi dan jauh, kami beristirahat juga. Tidak kami paksa. Lelah sudah pasti.Â
Om Dedypun sempat beberapa kali mengalami keram kaki dan betis. Juga pendaki lain. Kali saling bantu. Memberikan apa yang kami bisa dan punya agar para pendaki bisa terus melanjutkan perjalanan. Diantara Pos 2 dan Pos 3, akhirnya kami menjumpai korban patah tangan dan rusuk sedang di tandu team evakuasi. Hanya bermodalkan dua batang pohon sebagai tandu, terlihat kelelahan mereka membawa korban sampai ke Ranu Pani nanti. Mulia sekali mereka.
Selepas puas mengganjal perut dan tenggorokan, menghimpun kembali tenaga yang ada, kami susuri jalan terjal itu perlahan demi perlahan. Walau dengan nafas yang tersengal-sengal, walaupun memakan waktu yang cukup lama, akhirnya kami bisa melewati jalan itu. Alhamdulillah. Istirahat lagi, lalu kami lanjutkan menuju Pos 4. Lumayan, jalan yang kami lalui banyak bonusnya alias landainya.Â
Dan yang membuat kami bahagia, sebelum sampai Pos 4 sudah terlihat keindahan Ranu Kumbolo dari atas. Tenda warna-warni yang tampak kecilpun pun sudah terlihat di kejauhan. Bahkan kami memutuskan istirahat saja sebelum Pos 4. Potret sana potret sini. Termasuk sebuah potret dimana saya menuliskan ucapan selamat ulang tahun kepada Istri tercinta yang entah kapan bisa disampaikan. Gak ada sinyal soalnya, hiks :-( Â . Semua rasa lelah itu seperti hilang. Betul saja. Seperti dapat energi baru yang entah dari mana, Pos 4 kami lalui begitu saja tanpa istirahat dan langsung menuju Ranu Kumbolo. Alasan lainnya, saat itu sudah jam 5 sore. Dingin dan kabut juga sudah turun. Khawatir akan terlalu malam kalau kami istirahat lagi. Â
Ternyata memang banyak sekali tenda didirikan disana. Berbagai bentuk, rupa dan warna. Hari mulai gelap. Kamipun berjalan perlahan dan hati-hati agar jangan sampai tersandung tali tenda pendaki lain. Syukur alhamdulillah. Ternyata kami bertemu lagi dengan Sidik, Dimas dan Adi. Tenda mereka sudah berdiri. Tapi entah di sengaja atau tidak, lokasi di sebelahnya kosong. Di tempat inilah kami mendirikan tenda. Bertetanggaan dengan anak-anak muda baik hati itu. Dingin yang saya perkirakan mencapai 4 derajat celcius menghambat kami dalam mendirikan tenda. Kami tidak kuat menyimpul tali.Â
Dinginnya menggigit. Saya coba pakai sarung tangan, tapi yang ada malah lebih tidak bisa mengikat tali. Mau tidak mau saya lepas kembali dan berusaha keras menahan dingin agar tenda lebih cepat terpasang. Jam 18.30 akhirnya tenda sukses berdiri. Tanpa membuang waktu kami masuk kedalam sambil mempersiapkan pakaian penahan dingin serta peralatan masak. Tujuannya satu: menikmati minuman panas. Juga makan malam tentunya. Sambil melanjutkan obrolan dengan Ady dan Dimas, kami menikmati makan malam sederhanan kami. Namun saya tidak bisa berlama-lama di luar. Saya dan juga Om Kunto memutuskan untuk tidur cepat malam itu. Sementara Om Dedy melanjutkan "sesi" obrolan malam entah sampai jam berapa.Â