Memori kebiasaan membantu kita melakukan banyak tugas secara berurutan, tanpa disadari.
Karena tidak mengeluarkan banyak energi untuk memori biasa, otak dapat menyimpan energi tersebut untuk jenis memori lain.
Jenis memori ini melibatkan tugas-tugas yang kita rencanakan untuk dilakukan di masa depan.
Misalnya perlu mengantar anak ke tempat penitipan anak saat berangkat kerja, menjemput anak saat pulang kerja, dan lain lain sebagainya.
Memori kebiasaan diproses di ganglia basalis, yang mengatur tindakan bawah sadar. Memori prospektif terletak di hipokampus, tempat informasi disimpan, untuk perencanaan.
Kedua jenis memori ini beroperasi secara bebas satu sama lain.
Dalam banyak kasus, ingatan kebiasaan dapat mengesampingkan ingatan masa depan, dan itulah yang menyebabkan bencana pada anak-anak yang tertinggal di dalam mobil.
“Sistem otak yang bertanggung jawab atas ingatan kebiasaan adalah gadget luar biasa yang memungkinkan kita mengalihkan diri kita ke mode autopilot.
Ketika ingatan kebiasaan memanipulasi perilaku kita, ia memblokir bagian lain di otak yang mengingatkan kita akan informasi tambahan, kata Diamond.
Orang sering menertawakannya dan menyebutnya “pelupa”.
Pelupa seperti ini dapat meningkat secara bertahap, seperti: dokter meninggalkan peralatan bedah di tubuh pasien, pilot lupa melakukan operasi terbang, dan orang tua meninggalkan anak-anak mereka di dalam mobil.
Efek ini sangat mungkin terjadi dalam situasi tertentu, seperti ketika sedang stres, kurang tidur, atau ketika ada kejadian tak terduga yang mengganggu rutinitas harian.
Misalnya, seorang anak dalam keluarga biasanya diantar ke sekolah oleh ayahnya. Namun hari itu, sang ayah sedang sibuk sehingga tugas ini akan dialihkan kepada sang ibu. Sang ibu mengantar anaknya ke mobil. Namun selama perjalanan, jika ada gangguan, seperti panggilan telepon dari perusahaan atau kecelakaan di jalan, otak ibu dapat beralih dari mode memori prospektif ke mode memori kebiasaan.