Suasana Idul Fitri 1445 H  di Gaza, adalah suasana penuh Kepedihan dan kesedihan dan tidak ada  kegembiraan.
Ditengah tengah tenda pengungsian, terlihat bangunan-bangunan yang hancur, disertai puing-puing rumah yang berserakan.
Masyarakat Jalur Gaza menyambut Hari Raya Idul Fitri yang penuh berkah itu  dengan rasa duka atas pembunuhan dan genosida yang ditinggalkan oleh mesin perang Zionis atau Israel bagi mereka.
Di Jalur Gaza, deru pesawat di langit dan ledakan di darat bercampur dengan suara takbir Idul Fitri di musala yang didirikan di dekatnya reruntuhan masjid yang hancur atau di dekat tempat penampungan.
Anak-anak tidak punya  pakaian baru di hari Raya tahun ini 2024.
Teriakan "Allahu Akbar" menjadi rutin dalam waktu  lebih dari setengah tahun pembomandan pembunuhan di Gaza, yang mengakibatkan ratusan orang menjadi martir, terluka, dan hilang.
Di Jalur Gaza tidak ada  ritual-ritual yang menyertai hari raya warga Gaza, seperti menyiapkan  kue-kue serta membeli permen dan pakaian baru.
 Idul Fitri tahun ini tampak berbeda karena banyak  orang-orang pergi ke kuburan untuk mengunjungi makam, atau mendoakan kerabat, tetangga, dan teman-teman mereka yang hilang.Â
Kepedihan juga terlihat dengan adanya hampir ribuan orang hilang di bawah reruntuhan.
Seorang warga Mahmoud Arhaim mengatakan  sebagian keluarganya mengungsi ke selatan Jalur Gaza.
Dia berkomunikasi dengan keluarganya melalui telepon itupun dengan susah payah.
Tampaknya mustahil untuk mengunjungi kerabat pada hari libur ini, karena 90% penduduk tinggal di luar rumah dan mengungsi di kamp-kamp pengungsian.
Sementara itu, gerakan Hamas menyerukan  Idul Fitri menjadi arena untuk memperkuat solidaritas, dan ketabahan  sampai penjajahan lenyap dan mengucapkan terimakasih kepada rakyat atas perlawanan dan kegigihan dan pengorbanan mereka melawan Zionis.
Hamas mengatakan  selama setengah tahun penuh, mereka menghadapi agresi Israel dalam perang yang dilakukan oleh pendudukan Israel dan Amerika Serikat tetap diam serta tidak adanya tindakan internasional dalam menghadapi kriminalisasi dan menghentikan pemboman di Gaza.
Hamas menuduh Israel sebagai pelanggar hukum terang-terangan terhadap  nilai-nilai kemanusiaan, dan norna konvensi-konvensi  serta hukum International
Upaya para mediator untuk mencapai gencatan senjata selama bulan Ramadhan atau bahkan pada hari-hari Idul Fitri gagal, karena sikap keras kepala tentara pendudukan dan mengabaikan semua seruan dan tuntutan untuk menghentikan perang genosida, yang menyebabkan lebih banyak orang mati syahid.
Dari 33.360 orang syahid dan 75.993 orang luka-luka, serta ribuan orang hilang sejak tanggal 7 Oktober lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H