Pelanggan mengantre untuk memesan “nasi dua piring” di Yau Ma Tei, Kowloon. Enak, mengenyangkan, cepat dan nyaman.
Makan seperti nasi ramas atau nasi campur ini juga menjadi populer di Hongkong dan disana disebut nasi dua piring," Rice with Two Dishes"
Tak jelas mengapa disebut nasi dua piring, mungkin karena nasi sudah dilengkapi lauk Pauk dan sayur tinggal di santap saja lagi seharusnya dua piring.
Menurut sebuah artikel South China Morning Post , nasi dua piring bisa juga disebut Chap Fan menjadi terkenal karena penurunan ekonomi Hong Kong pasca-pandemi.
Grup Facebook bernama "The Hong Kong Rice with Two Dishes Concern Group" terbentuk untuk penggemar nasi dua piring.
Nasi campur atau Chap Fan juga dikenal sebagai beras ekonomi di Malaysia dalam nama Melayu lainnya adalah nasi campur, mix rice, nasi berlauk, nasi yang dijual dengan pilihan lauknya karena murah.
“… jika sendirian, dari pada membeli bahan hanya untuk memasak satu hidangan, Anda dapat menghemat lebih banyak uang dengan makan di tempat penggemar chap fan" tulis seorang penggemar masakan jurnalis Hongkong Lee Khany Yi
Nasi Campur dicintai oleh banyak warga di negara-negara Asia Tenggara khususnya orang melayu.
Di Singapura, makanan ini disebut nasi ekonomi karena disajikan untuk orang biasa dengan harga yang terjangkau.
Indonesia memiliki banyak beragam hidangan yang juga disajikan cukup murah seperti Nasi Campur Kedaton, Nasi Rames Padang, dan Nasi Campur Bali.
Sebutan dari "makanan cepat saji" yang terkenal di Brunei, Nasi Katok.
Nasi Katok Brunei juga menarik karena mirip dengan hidangan Malaysia yang terkenal nasi lemak.
Nasi Katok pada dasarnya hanyalah makanan sederhana yang terbuat dari nasi putih dengan sambal dan ayam.
Harga adalah salah satu nilai jual utama, tetapi sudah naik dalam beberapa tahun terakhir. Sepiring nasi lemak seharga RM4 (Rp 14.000) di Malaysia.
Sebuah 'taburan khas lauk pauk atau sepotong goreng atau gulai ayam, nasi, dan segelas teh Cina panas' akan berharga RM5, 50 sekitar Rp 20.000.
Menjadi kupasan berita online Amerika yang juga melihat fenomena ini di Hongkong.
The New York Times menulis, antrean mulai terbentuk sebelum jam makan siang dan berlanjut hingga larut malam, dengan pelanggan berjubel.
Membeli sekotak nasi putih sederhana dan dua hidangan utama yang dimasak sebelumnya dari pilihan pengunjung. Harganya hanya sekitar $4.( Rp 60.000)
Restoran sederhana yang menawarkan makanan sederhana ini telah menjadi tren makanan yang tak terduga di Hong Kong, memicu ledakan penjual, daya tarik blogger makanan, dan bahkan grup penggemar Facebook beranggotakan 77.000 orang .
Di Amerika, kalau mau makan murah adanya di Mc Donald atau KFC makan cepat saji, tapi di Indonesia trent mc Donald dan KFC kita lihat mengalahkan makan nasi campur, nasi ramas atau nasi lemak di Malaysia. Karena tempatnya santai dan sejuk, sementara Restoran Padang ditempat yang kecil dan sederhana kurang nyaman begitu juga Warteg.
Meski harganya lebih mahal, di Amerika makanan ini jauh lebih murah dari pada dinner di Restoran.
Di kota Bekasi (Bekasi Utara) ada rumah makan yang pakaian berseragam menjual nasi ramas Padang seharga cuma Rp 10.000 sudah dilengkapi sepotong ayam atau lauk yang dikehendaki dengan racikan sesuai dan teh gratis.
Tidak jelas bagaimana bisa beruntung, mungkin itu fenomena bertahan rumah makan Padang di Jakarta yang mulai kehilangan pelanggan.
Umumnya nasi campur Padang berharga Rp 15.000 atau Rp 20.000
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H