lajang di Singapura yang merayakan Imlek. Menyewa pacar palsu untuk berpose sebagai kekasih dibawa pulang ke pesta bersama keluarga besar.
Ini nasibKonon anak muda lajang di Singapura selalu takut di Malam Tahun Baru imlek karena kerabat mereka selalu bertanya tentang kekasih dan kapan pernikahan mereka.
Agar tidak malu, menghindari pertanyaan beberapa lajang mencari layanan persewaan pacar "palsu" menemani ke pertemuan pesta keluarga.
Layanan semacam itu dengan cepat menjadi populer di Singapura, meroket sewanya setiap kali Tahun Baru Imlek.
Biaya terendah menyewa kekasih adalah S$100 (Rp 1.3 juta) selama 2 jam. Bertambah kalau waktunya panjang. Pacar bohongan itu biasanya berusia antara 18 dan 30 tahun. Dichson Chung, salah satu pendiri situs persewaan love Elitely mengatakan
Lucunya ada klien yang ingin berkencan dengan gadis yang sama berulang kali setiap tahun . "Jika hubungan mereka harmonis, berharap mereka dapat mengembangkan hubungan pribadi lebih lanjut, " tambah Chung.
Layanan ini muncul sebelumnya di Jepang, kini populer di Singapura.
Tugasnya hanya menyapa kerabat, ramah tamah, tersenyum dan makan bersama.
Jadi pertanyaan bagaimana dengan lajang perempuan. Apa ada juga kebiasaan begitu. Tidak ada beritanya, pada hal perempuan lajang juga memiliki masalah sama.
Bagusnya mereka dapat pacar bohong atau orang yang seide bersama melakukannya.
Jika lajang Singapura punya masalah pacar, lain lagi bagi pengantin baru (baru menikah) Singapura.
Mereka cukup jengkel memberikan uang keberuntungan ,jika dihitung cukup banyak kepada kerabat saat Tahun Baru Imlek. Banyak memberi membuat bokek karena biaya jadi cukup besar. Tapi orang tua terus saja mendesak melanjutkan tradisi ini.
Memberikan uang keberuntungan kepada orang tua, para dewasa lajang dan anak-anak kerabat dan teman adalah keberuntungan nanti.
Pengantin baru yang pelit diomeli mertuanya. Mereka diyakinkan memberi angpao mendapat berkah jangan pelit. Jadi serba salah.
Menurut salah satu situs web, jumlah uang keberuntungan yang disarankan dapat dengan mudah mencapai S$1.000 atau sekitar Rp 13 juta.
Sedangkan sebelumnya pasangan baru harus menanggung biaya besar seperti resepsi pernikahan dan renovasi rumah.
“Ini melelahkan. Kami merasakan tekanan finansial karena begitu banyak pengeluaran sekaligus ,” jelas Lim Kai Xing, 26 tahun, yang baru saja menikah pada Desember 2022.
Tidak bisa dihindari, memberikan bingkisan kepada kerabat dan sepupu yang masih lajang karena tradisi lama.
Di Singapura lebih dari 75% penduduk keturunan Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek.
Loh - 36 tahun lajang tidak ambil peduli akan menikah dan terus menerima "amplop merah" dari orang tua dan kerabat . Dia malahan merasa nyaman meski kerabatnya selalu bertanya kepadanya tentang kencan dan pernikahan setiap kali mereka memberinya amplop merah keberuntungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H