Media  yang diduga dipicu oleh pihak-pihak yang cemburu kepadanya di industri ini terus membantainya dalam berita yang menurunkan pamornya.
Mimpinya untuk menyutradarai film berwarna Melayu pertama kali ditolak. PERFIMA perusahaan film Malaysia  memilih co-foundernya Jins Shamsuddin, yang mereka yakini lebih  dengan keterampilan yang diperlukan. Jins Syamsuddin yang saat itu baru pulang dari sekolah film di London.
"Orang-orang tidak lagi peduli dengan saya, karir saya, tidak ada yang menyukai saya. Â Saya ingin film-film Melayu menjadi lebih baik, seperti di luar negeri, tapi tidak bisa, saya kecewa." Kata P. Ramlee, seperti dikutip oleh saudara iparnya Mariani dalam sebuah wawancara dengan History Channel.
P.Ramle ternyata lebih terkenal di luar negeri daripada di tanah airnya sendiri ketika hidup termasuk Indonesia.
Banyak penghargaan yang dia menangkan,penghargaan itu  dari festival film di Tokyo, Manila, Hong Kong, dan Berlin.
Ketika filmnya Laksamana Do Re Mi dinominasikan pada Festival Film Asia Pasifik 1973 di Singapura, Ramlee ditanggapi dingin oleh artis Malaysia
Di acara  bintang-bintang asing yang mengantri untuk menemuinya bahkan Bing Slamet penyanyi dan aktor Indonesia mencarinya untuk bertemu dan berbicara.
P. Ramlee meninggal pada tanggal 29 Mei 1973, pada usia 44 tahun karena serangan jantung.
Setelah kematiannya Saloma istrunya tidak mampu membayar pemakamannya, dan keluarganya  tidak punya cukup uang sehingga putranya Nasir harus membuka warung nasi lemak dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan.Â
"Nasir, ini saja yang saya punya (RM40), saya ambil RM20 dan kamu ambil RM20, jangan marah, saya benar-benar tidak punya uang," kata Saloma kepada Nasir, seperti dikutip dari autobiografi Nasir 'Bapaku P. Ramlee'
Tahun 1983 pemerintah pulau Penang baru mulai menghargainya dan menganggapnya tepat untuk menamai jalan tempat tinggalnya dengan jalan P.Ramle.